Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Secangkir Kopi dan Sepotong Kunefe

Diperbarui: 15 November 2022   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunefe (dok.cengiziskidar)

Tiba-tiba aku menerima pesan melalui Instagram dari seseorang yang sudah aku lupakan. Lelaki yang pernah hadir dalam kehidupanku, mengisi hatiku. Aku heran, mengapa ia bisa mengirim pesan. Rasanya aku sudah memblokir dia di semua media sosial yang aku miliki.

"Lola, izinkan aku bertemu denganmu untuk terakhir kalinya. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan," begitu bunyi pesan dari Ozkan.

Aku tidak segera menjawab. Bab tentang dia sudah lama aku tutup. Aku tidak pernah ingin berjumpa lagi dengan lelaki itu. Semua rasa telah musnah semenjak mengetahui dia telah berkhianat.

Sepotong nostalgia terbayang di benakku. Aku akui, dia adalah lelaki yang romantis, sering membuat puisi cinta dan memainkan gitar. Dan yang paling aku suka, Ozkan sangat pandai memasak. Jika aku datang ke rumahnya, dia akan membuatkan Kunefe.

Yup, Kunefe adalah makanan yang paling aku gemari di Turki. Satu loyang Kunefe bisa habis untukku sendiri. Inilah yang membuat aku gagal diet, kue yang sangat padat dengan keju.

Ciri khas Kunefe adalah berlimpah keju mozzarella, baik itu sebagai isi maupun toping. Padahal bahan lainnya juga sudah mengandung kalori tinggi, dengan mentega dan telur serta kacang pistachio. 

Ozkan sangat pandai membuat Kunefe. Biasanya ia akan menyuguhkan bersama secangkir kopi. Dia tahu aku lebih menyukai kopi daripada teh. Kami lalu menikmatinya di balkon apartemen. 

Tapi romantisme itu ternyata tidak hanya untukku. Aku menemukan dia merayu perempuan lain di sebuah grup media sosial. Mereka saling bersahutan dengan mesra. Lalu aku mencari tahu tentang perempuan itu, betul saja Ozkan sering mengirim kata-kata rayuan di linimasanya. 

Sejak itu aku memblokir dia di semua media sosial yang aku miliki. Walaupun begitu, aku masih bisa mengintip akun dia melalui akun lain yang aku samarkan. Ozkan sering menulis status kehilangan diriku dan menyesali perbuatannya. Terlambat, aku sudah hilang rasa.

Oke, tak apalah bertemu. Toh aku sudah tak terpengaruh lagi dengan dia. Aku hanya ingin tahu apa yang diinginkannya. Apalagi dia bilang untuk terakhir kali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline