Lihat ke Halaman Asli

Eko Romeo Yudiono

Menulis itu Indah

Juara Itu Ongkosnya Mahal

Diperbarui: 13 Desember 2018   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Poto: Media Persija/Khairul Imam

Persija Jakarta juara Liga 1 2018. Penantian panjang setelah 17 tahun. Bagi The Jakmania yang saat pada 2001 baru menikah mungkin saat ini anaknya sudah remaja. Saking lamanya Macan Kemayoran juara terakhir kalinya. "Juara itu ongkosnya mahal," kata Direktur Utama Persija, Gede Widiade.

Tapi jangan salah sangka atau negative thingking dulu. Mahal dalam artian, ada banyak pengorbanan di dalamnya. Baik materi mau pun tenaga. Penuh perjuangan. Tapi yang pasti, kerja keras dan doa tidak akan mengkhianati hasil.

Musim ini, Persija bisa dibilang tim 'Musyafir'. Bayangkan, untuk bermain di Kota sendiri saja sulitnya luar biasa. Di kompetisi Liga 1 bisa dihitung Persija main di Jakarta atau di Stadion Gelora Bung Karno. Yang ada, Ismed Sofyan cs justru harus bermain di Bekasi,  Bogor, Cikarang hingga Bantul. Bermain di luar Jakarta jelas ongkosnya lebih mahal.

Tiket pesawat tidak murah. Belum lagi hotel untuk pemain dan panitia pelaksana pertandingan ketika harus bermain di Bantul. Mahal bukan? Jelas mahal. Lalu bagaimana dengan mental pemain? berpindah-pindah home base jelas sesuatu yang 'mahal' untuk mental para pemain. Mereka harus melawan diri sendiri dari rasa jenuh, bosan dan lain-lain karena harus selalu terbang setelah pertandingan ketika berkandang di Bantul. Menguras tenaga tentunya karena padatnya jadwal Liga 1 musim ini.

Masih mau ngomong juara setingan? Hanya orang-orang yang buta mata dan hatinya yang bisa berkata dan berpendapat sekejam itu. Orang-orang yang jelas tidak menghargai jerih payah pemain, official team, manajemen, Panpel hingga suporter The Jakmania yang selama semusim ini setia mendukung Persija kemana pun mereka bertanding. Sungguh miris.

Juara itu ongkosnya mahal karena di dalamnya ada airmata dan doa untuk Persija yang sudah 'berdarah-darah' musim ini. Tidak punya stadion, dianggap tim melarat karena tidak punya mes dan juga bus tim. Tapi itu semua dilalui dengan penuh suka cita dan dianggap sebagai tantangan untuk meraih gelar juara musim ini. 

Pengorbanan yang tidak sia-sia tentunya setelah Minggu, 9 Desember 2018, Persija mengangkat Piala Liga setelah terakhir kalinya 2001 silam. 

Selamat Persija, Selamat Manajemen, Selamat The Jakmania. Ada doa-doa tulus dan diijabah yang terselip ketika Persija akhirnya juara lagi.  Sungguh Juara itu Ongkosnya Mahal. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline