Lihat ke Halaman Asli

Eki Saputra

Penulis lepas

Fenomena Kata "Cringe" dan Kontrol Sosial di Kalangan Remaja

Diperbarui: 14 Mei 2020   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Ekspresi cringe via Pexels.com (Foto oleh Polina Zimmerman)

"Astaga, cringe banget!"

Pernah baca tulisan seperti di atas? Anak muda kelahiran 90-an ke atas pasti biasa menemukan kata unik tersebut di media sosial. Istilah 'cringe' akhir-akhir ini semakin naik daun. Misalnya di twitter,  sudah beberapa kali muncul sebagai trending topic, saking banyaknya orang-orang terbiasa menggunakan istilah asing ini.

Kata 'cringe' dalam bahasa Inggris berarti merasa jijik, ngeri, atau merendahkan diri. Dalam konteks bahasa medsos, cringe menjurus pada ungkapan perasaan jijik atau malu seseorang terhadap segala tindakan yang dianggap ganjil, berlebihan, memalukan maupun cari perhatian (caper) yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Biasanya wujudnya berupa konten yang tersebar luas di medsos.

Pada mulanya, kata 'cringe' lumrah dipakai oleh anak Jaksel, sebutan untuk orang yang gaya menulis teks campur-campur antara bahasa Indonesia dan Inggris. Gaya bahasa gaul yang campur-campur ini sering jadi bercandaan dan dianggap 'overrated' oleh milenial-gen Z. Lantas tak lama perlahan ditiru oleh pengguna internet agar terkesan 'gaul' atau kekinian.

Ada beberapa kata atau istilah populer lainnya seperti, which is:, literally, prefer, like, you know, probably, dll yang biasa dipadukan dengan bahasa Indonesia. Namun, kata "cringe" lah yang lebih familiar dan nyangkut di kepala anak muda. 

Mungkin karena ini bukan sekadar kata depan atau hubung,  melainkan bentuk ungkapan yang dapat mewakili perasaan tidak suka pada segala sesuatu yang tak layak.

Seorang akun youtuber Indonesia ada yang sampai-sampai membuat konten hiburan khusus untuk membahas dan mengomentari apa-apa yang dianggap cringe

Kontennya berupa kompilasi video atau foto yang direkomendasi oleh sesama pengguna medsos. Sang youtubers pun bereaksi beragam saat menyaksikan video tersebut, misal cringe: diwakili dengan menghela napas panjang  serta 'kerut kening'  mendadak menonjol.

Uniknya, dari sana kita bisa memahami antara konten yang lucu (komedi) dan cringe itu ternyata berbeda. Bahkan Dad jokes (humor bapak-bapak) yang tergolong garing pun masih dikatakan lebih baik dibandingkan dengan konten cringe. Istilah "cringe' hanya berlaku pada aksi remaja atau dewasa (20-an) yang kelakuannya berlebihan dalam mencari perhatian.

Misalnya ada anak SMP yang posting foto atau video pacaran layaknya orang dewasa. Alih-alih dipuji lucu dan manis, para netizen langsung membidik dengan kata cringe sebagai bentuk tidak suka. Hal ini merupakan teguran untuk para remaja yang berlaku tak sesuai umur dan dekat pergaulan bebas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline