Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Gunakan "Bahasa Bunga" Untuk Mengayomi Rakyat

Diperbarui: 14 Oktober 2017   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpose di kumpulan karangan bunga mengasikan. Foto | Dokumen Pribadi.

Sejak kapan orang menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaan hati, kasih sayang, dan mungkin rasa benci? Sejak kapan orang menggunakan bunga sebagai alat komunikasi dengan sesama, dengan tuhan dan ruh para leluhur.

Sejak kapan bunga digunakan untuk sesembahan? Sejak kapan bunga digunakan sebagai persyaratan kelengkapan ritual agama? Dan, sejak kapan pula bunga menjadi tradisi kelengkapan tabur bunga bagi pahlawan.

Mengapa sesajen harus dilengkapi bunga? Mengapa pula para dukun menggunakan bunga, padahal ia bermakud menyantet dan menganiaya seseorang?

Apa perlunya kita membawa sebungkus bunga dan air mawar saat nyekar ke kuburan orang tua, keluarga dan famili lainnya?  Apa perlunya membawa karangan bunga ketika anggota keluarga wafat? Apa perlunya menempatkan bunga di pojok ruang tamu?

Mengapa harus bunga?

Karangan bunga untuk gubernur baru di Balaikota. Foto | Detikcom

Ucapan terima kasih kepada mantan gubernur. Foto | Dokumen Pribadi.

Sering dijumpai pula di club, pub dan bar atau tempat hiburan malam dijual bunga terbungkus plastik transparan kepada para pengunjung. Bunga dibeli kemudian diberikan kepada pramusaji yang kebetulan berparas cantik. Mengapa harus dilengkapi dengan bunga, toh diberi uang pun tak bakal ditolak.

Kadang didapati, mengapa pula para Polwan cantik hadir di persimpangan jalan lampu merah, lantas membagikan bunga kepada pengemudi mobil dan motor?

Dalam Islam dan agama-agama samawi lainnya di Indonesia, ketika seseorang wafat, kehadiran bunga sangat perlu sebagai wujud ungkapan turut duka cita. Sebagian umat Islam lain merasa tidak perlu bunga ketika familinya wafat, bahkan wewangian berupa daun pandan saja sampai-sampai ditolak.

Alasannya,  ia berpegang pada kultur negeri jauh di sana. Arab Saudi - negeri tempat awal agama itu berkembang ke berbagai negara - yang tidak ada bunga-bungaan ketika seseorang wafat.

Tapi, jangan dikira, orang Arab paling suka dengan wangi-wangian. Aroma bunga paling disukai. Meskipun ia tengah menggotong mayat, srengg ... wanginya yang terasa dan semakin menyengat hidung kala lewat di hadapan dengan pakaian gamisnya.

Sehari tak mandi, itu bukan soal. Bagi warga Arab, terpenting, badan banyak diciprati minyak wangi. Nyaman rasanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline