Lihat ke Halaman Asli

edy mulyadi

Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

Jangan Bunuh PLN Kami!

Diperbarui: 31 Juli 2018   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saya mau to the point saja. Jangan bunuh PLN kami! Ya, jangan bunuh PLN kami. Kalimat ini semestinya diteriakkan oleh seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang hingga Merauke.

Jangan bunuh PLN kami! Bukan hanya karena kami mencintai PLN habis-habisan. Tapi karena rakyat yang sudah teraliri listrik tidak ingin kembali disergap gulita dan kembali ke 'zaman batu'. Bukan itu saja, karena masih ada sekitar 5.000 lagi desa yang belum menikmati aliran listrik sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan hampir 73 tahun silam.

Sejak pekan silam, rakyat negeri ini mencium aroma permufakatan jahat untuk membunuh PLN yang begitu menyengat. Atmosfir Indonesia yang dalam beberapa tahun ini terkoyak oleh berbagai persoalan ekonomi dan sosial, kini makin compang-camping saja. 

Semua berawal dari pernyataan Menko Maritim Luhut Binsar Pajaitan usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, 20 Juli. Katanya, Pemerintah berencana mencabut domestic market obligation (DMO) batubara, termasuk untuk pembangkit listrik yang dioperasikan PT PLN (Persero).

Asal tahu saja, pertemuan itu dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Menteri LHK Siti Nurbaya, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono. 

Selain para pejabat publik tadi, rapat di Istana juga dihadiri Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir.  

Ngawur berat

Menurut Luhut, rencana pencabutan DMO batubara itu dimaksudkan untuk mendongkrak pendapatan devisa dari ekspor batubara. 

Dari sini diharapkan Pemerintah bisa menambal defisit transaksi berjalan. Katanya lagi, rencana ini akan dimatangkan hari ini (Selasa, 31 Juli) dalam rapat kabinet terbatas di Istana.

Sampai di sini bisa disebut Luhut ngawur berat. Entah karena dia 'hanya' seorang jenderal dan bukan ekonom, atau ada penyebab lain sehingga bisa-bisanya opung ini menyodorkan alasan yang menyedihkan. 

Dengan hitung-hitungan sederhana saja, bisa langsung diketahui menjual 25% batubara eks DMO ke pasar internasional hanya menghasilkan 'seupil' devisa dibandingkan dengan desifit transaksi berjalan yang menganga lebar,yang mencapai US$25 miliar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline