Lihat ke Halaman Asli

EcyEcy

Pembelajar

Puisi | Biarkanlah Jalan Terbelah

Diperbarui: 22 Juli 2019   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Biarkan Jalan Terbelah

Jalan terbelah. Retak dimana mana. Hingga orang orang kaya merasa enggan bertandang ke kampung kami. Lelah. Jalanan berlubang berhias kolam genangan. Tidak lengkap dan kurang menarik. Untuk apa ke sana. Di kota, kami sudah punya semuanya, kata mereka.


Tapi sayang mereka salah. Diantara jalan terbelah itu ada kenangan. Betapa hijaunya pandangan mata kemana saja. Betapa sejuknya udara kita di mana saja. Betapa nyamannya kesederhanaan diawal semuanya. Hidup gayeng dengan tetangga. Tanpa dibatasi tembok tinggi keegoisan. Tanpa diikat oleh keserakahan.


Namun rencana rencana mereka lah yang merusaknya. Janjinya buat kita ceria malah menggugurkan tangis warga. Gedung tinggi menutupi lahan kita. Jalan layang menyingkirkan rumah kita. Kemacetan, polusi, kebisingan membuat hati geram. Betapa kemajuan menenggelamkan kita pada kerakusan.


Kini jalan terbelah. Biarkanlah. Tak bisalah mereka melihat kedamaian kami di sini. Begitu pula kami, tak minatlah melihat hiruk pikuk kekacauan di sana. Hidup nyaman di rumah sendiri. Di kampung kami. Kampung surgawi. Kampung yang kelak akan kau nanti. Kembali ke kehidupan sejati.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 22 Juli 2019.

Terinspirasi dari puisi Jalan Terbelah karya Pak Ropingi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline