Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Rumah Berhantu

Diperbarui: 26 Desember 2019   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, Kamis selepas isya tanggal 12 Desember, Aku membuka  gerbang rumah yang disebut-sebut sering ada penampakan disitu. Ya, malam Jumat tanggal 13, Aku mulai memasuki bagian dalam rumah itu setelah sebelumnya ditantang oleh temanku dengan imbalan 50 ribu jika berhasil menelusuri dan membuktikan tidak ada apa-apa di dalam rumah itu. Aku tanpa berpikir dua kali langsung menerima tantangan itu, dan disinilah aku sekarang.

Setelah menutup pintu depan, rumah ini jadi gelap sekali. Akupun menyalakan senterku dan berjalan lagi. Selesai melewati ruang tamu, mendadak  tubuhku berat dan sakit jika digerakkan. Demi 50 ribu, kulangkahkan kakiku untuk berjalan lagi tanpa menghiraukan rasa sakit ini. Perlahan, sambil merapalkan doa- doa, rasa sakit ini mulai menghilang. Akupun terus berjalan hingga menemukan sebuah lukisan. Aku terkesiap. Perlahan tapi pasti, aku mendekati lukisan itu setelah merasa ada yang ganjil dalam lukisan itu.

Ternyata, benar dugaanku. Itu adalah lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci yang terkenal itu. Sejenak, terlintas dipikiranku untuk mengambil dan menjualnya ke toko online, mengingat bahwa lukisan ini mahal harganya dan rumah ini sudah tidak kelihatan dipakai selama bertahun-tahun. Tetapi, karena aku anak yang baik, aku mengusir jauh pikiran itu. Akan tetapi, pikiran itu datang lagi. "Apa aku kurang jauh, ya, mengusirnya sehingga pikiran ini datang lagi," batinku. Aku segera mengusir pikiran itu jauh-jauh agar tidak bisa kembali lagi.

Ternyata, di lantai satu hanya ada ruang tamu dan sisanya kosong. Sehingga aku naik ke lantai dua. Seampainya di lantai dua, Aku dihadapkan dengan 3 pintu. Pintu pertama berdecit ketika Aku membukanya. Saat itu juga, dari dalam keluar makhluk berkaki empat dan dengan bulu yang lebat. "Aaaaa.....", Aku kaget. Tetapi, setelah mendengar makhluk itu mengeong seperti kucing, Aku menunda langkahku yang ingin turun kebawah dan mendekati makhluk itu. Dengan takut-takut, Aku menyoroti makhluk itu dengan senterku. Dan benar, itu adalah kucingku yang hilang dua bulan yang lalu.

Aku membuka pintu kedua tapi tidak ada apa-apa yang aneh. Hanya setumpuk uang setinggi dua meter. Aku keluar dari ruangan itu dan menuju ke pintu ketiga.

Saat aku ingin membukanya, perasaanku tidak enak. Tiba tiba terdengar bunyi krucuk-krucuk dari dalam perutku. Ah, Aku baru ingat kalau Aku belum makan malam. Aku langsung memakan buah yang tadi aku ambil dari pohon depan rumah ini. 

Dengan perasaan yang sudah enak, Aku membuka pintu ketiga. Saat aku membukanya, terlihat pocong, tuyul, dan kuntilanak yang sedang makan malam. Aku kaget. Merekapun kaget. "Aaaaa......", teriakku yang bersamaan mereka. Ya, Aku salah yang mengatakan tidak ada apa-apa di rumah ini. Aku berlari turun ke lantai satu.

Kulihat dibelakangku mereka mengejarku dengan muka-muka haus darah seperti ingin memakanku. Sampai di depan pintu depan Aku terpeleset. Aduh, Sakit sekali. Aku langsung berdiri dan membuka pintu itu. Namun, pintu itu tidak bisa dibuka. Aku panik. Sangat-sangat panik. Kutolehkan kepalaku kebelakang, ternyata mulut mereka sudah siap melahap mukaku. Aku pasrah.

Tiba-tiba, temanku membangunkanku. "Woi bangun woiiiiii!!!", kata temanku. Aku kaget sekaligus bersyukur bahwa tadi hanya mimpi. "Kamu tadi mimpi apa, kok sampai teriak-teriak", tanya sahabatku. "Nggak papa kok. Santai ae..", balasku. "Untung tadi aku bangunkan. Nanti ada ulangan, pasti kamu belum belajar. Makanya aku bangunin kamu biar bisa belajar", "iya-iya. Makasihh", ucapku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline