Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Bergugurannya Koran Minggu, Berkurangnya "Lahan" Sastra di Media Cetak

Diperbarui: 22 Maret 2020   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen Pribadi

Baru-baru ini saya mendengar satu lagi koran fisik, khususnya hari Minggu, terpaksa berhenti cetak. Pikiran Rakyat Minggu.

Koran Harian kebanggaan masyarakat Jawa Barat terpaksa berhenti setelah merasa bahwa susah bersaing di tengah maraknya media internet yang berkembang dengan cepat.

Perubahan perilaku pembaca yang lebih melirik media internet tidak bisa dihindari. Sampai saat ini hanya koran dengan modal besar seperti Kompas saja yang tampaknya masih bertahan di tengah gempuran media internet.

Yang utama dari koran Minggu adalah rubrik-rubrik ringan tentang gaya hidup, travelling, budaya, seperti puisi dan cerpen serta kolom-kolom dari penulis yang bergerak di bidang seni dan budaya.

Bagi yang suka membaca hari Minggu, tutupnya koran seperti Pikiran Rakyat minggu lalu tentu sebuah kehilangan besar, seperti ada yang hilang dari rutinitas. Para pecinta bacaan koran Minggu kehilangan bacaan ringan, sebagai relaksasi akhir pekan.

Saya biasanya suka rubrik-rubrik khusus seperti cerpen minggu dan puisi-puisi dari para penyair Tanah Air. Namun semakin berkurangnya koran Minggu semakin sedikit kesempatan sastrawan penyair untuk menuliskan cerpen dan karya sastranya ke media mainstream.

sumber gambar: kompasiana/wahyuni susilowati

Saya masih percaya bahwa kualitas sastra koran masih setingkat lebih tinggi dari cerpen-cerpen yang ada di media online. Redaksi pasti benar-benar memilih tulisan yang masuk dengan ketat. Ya meskipun tidak bisa diabaikan juga dengan selera redaktur masing-masing koran. 

Sampai saat ini saya masih langganan 3 koran Minggu. Kompas, Jawa Pos, dan Media Indonesia. Sayangnya Media Indonesia sudah meniadakan rubrik cerpen dan meskipun masih ada kolom hiburan dari Ono Sarwono yang bercerita lewat tema-tema pewayangan sebagai latar belakang penulisannya.

Koran itu memberi pengaruh terutama dengan susuna bahasa saat menulis, memberi kekayaan kosa kata, dan mencoba membangun opini yang bukan sekadar menulis tetapi berdasarkan referensi yang terpercaya. 

Sudah sejak SMA, saya sisihkan uang untuk membeli koran Minggu. Cuma kelemahan saya adalah saya tidak tekun membuat kliping, sehingga banyak koleksi koran Minggu saya (terutama rubrik cerpen dan artikel budaya) hilang entah ke mana.

Kalau dipikir lucu juga kenapa harus memborong koran-koran Minggu. Waktu saya untuk membaca hanya sekitar 1 jam saja, lainnya banyak dihabiskan di luar dan ketika pulang capek dan tidak sempat membaca lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline