Lihat ke Halaman Asli

Dudi safari

Pegiat Literasi

Kenapa Kesaksian Perempuan Harus Dua Orang

Diperbarui: 17 Juli 2022   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dari Tribun Sumsel

Kesetaraan gender selalu menjadi polemik klasik bagi pegiatnya.

Sejak masa kolonial emansipasi digaungkan R.A Kartini, kesetaraan antara perempuan dan pria menjadi bahan dasar dari polemik tersebut.

Jika kita boleh flash back ke masa lalu di mana kaum perempuan menjadi kasta nomor dua dalam kelas sosial. Ketimpangan dan ketidakadilan perlakuan membuat kaum perempuan merasa tertekan dan hidup dalam kungkungan intimidasi kaum pria.

Seorang perempuan dilarang bersekolah, dilarang masuk dunia politik dan pekerjaan sosial lainnya untuk menyerupai kaum pria.

Tentu secara kemanusian hal ini melanggar hak asasi perempuan sebagai seorang manusia.

Sejatinya sejarah penindasan serta ketidakadilan terhadap perempuan sudah menjadi sejarah gelap peradaban manusia.

Sejak imperium Romawi wanita hanya dijadikan budak seks saja. Bahkan sampai di abad pertengahan Eropa perlakuan terhadap kaum perempuan masih sangatlah buruk.

Era feminisme Eropa merupakan titik awal pemberontakan kaum perempuan terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.

Tapi jauh sebelum itu Islam telah memosisikan perempuan sebagai kasta yang mulia.

Banyak statemen nabi yang memuji dan menyanjung kaum perempuan, salah satu di antaranya adalah hadis tentang surga di bawah telapak kaki ibu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline