Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Shin Tae-yong Dirindukan dan Patrick Kluivert Makin Diragukan

Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patrick Kluivert gagal membantu Timnas Indonesia tembus Piala Dunia. (Foto: Dokumentasi Timnas Indonesia via Kompas.com)

Biasanya di tengah situasi keterpurukan, kita cenderung untuk merenungkan momen-momen terbaik dalam hidup kita. Cara itu, selain sebagai bentuk penghiburan diri, tetapi juga upaya untuk mencari cara agar bisa keluar dari situasi sulit tersebut.

Sama halnya dengan dunia sepak bola. Misal saja, keterpurukan Manchester United (MU) di Liga Inggris yang terjadi pada satu dekada terakhir. Situasi terpuruk ala MU itu selalu membawa ingatan pada masa-masa kejayaan di tahun 90-an dan awal 2000-an. Tepatnya sewaktu masih dipegang kendali oleh Pelatih Sir Alex Ferguson.

Sosok pelatih asal Skolandia itu lekat dengan masa kejayaan MU. Tak pelak, di tengah situasi terpuruk, masa-masa Ferguson pun diingat kembali. Sosok pelatih laiknya Ferguson diimpikan suporter. Pertanyaan yang kerap muncul adalah bagaimana masa-masa jaya itu bisa kembali hidup dan menjadi solusi keterpurukan MU?

MU coba mengambil langkah-langkah solutif. Salah satunya adalah pernah melibatkan Ferguson dalam jajaran direksi MU. Lalu, para pelatih MU kerap berkonsultasi secara pribadi dengan Ferguson. Tujuannya agar MU bisa bangkit dan keluar dari keterpurukan.

Situasi yang persis sama juga terjadi tatkala Tim Nasional Indonesi yang sudah kehilangan tiket ke Piala Dunia 2026. Tak sedikit suporter yang langsung menyoroti sosok Pelatih Shin Tae-yong (STY). Pelatih asal Korea Selatan menjadi salah satu aktor penting dari proses pembangunan Timnas Garuda dalam lima tahun terakhir.

Akan tetapi, secara tak terduga, Badan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memecatnya dan menggantikannya dengan Patrick Kluivert. Pemecatan itu menimbulkan kegaduhan di mata publik. Kesangsian pada keputusan dan kebijakan PSSI, dalam hal pemecatan STY maupun penentuan Kluivert sebagai pelatih pengganti mencuat ke ruang publik.

Akan tetapi, PSSI merasa yakin jika langkah yang boleh dikatakan sebagai "gambling" dalam sepak bola itu menjadi langkah yang tepat. Kritik dan keraguan publik coba ditangkis dengan pemilihan staf Kluivert yang terbilang sudah "makan garam" di dunia sepak bola.

Di sini, kendati Kluivert belum mempunyai reputasi yang mumpuni sebagai seorang pelatih, paling tidak jajaran asisten pelatihnya mempunyai reputasi yang cukup popular di Belanda.

Akan tetapi, penyakit masa transisi sulit dihindari. Pergantian tangan tak serta merta memberikan efek instan pada permainan Timnas Indonesia. Alih-alih mempertahankan dan bahkan menaikkan performa Indonesia yang sudah dibangun oleh STY, Timnas Indonesia di tangan Kluivert malah cenderung berjalan ke belakang.

Puncaknya, Indonesia gagal tembus Piala Dunia 2026. Asa yang pernah melambung tinggi di era STY terkubur dalam waktu kurang lebih sepekan setelah Indonesia ditumbangkan oleh Arab Saudi (3-2) dan Irak (1-0).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline