Lihat ke Halaman Asli

Membidik Arus Balik, Berbagi Cerita lewat Mata Lensa

Diperbarui: 23 Juni 2018   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Hingar-bingar ritual mudik baru saja usai. Silaturahmi dan sapa hangat saat hari yang fitri memberi kesan mendalam di sanubari. Tiba saatnya untuk kembali ke tanah rantau, mengejar mimpi dan harapan masa depan.

SPBU Krapyak Semarang menjadi tempat berkumpul saya dengan seorang teman untuk bersama-sama menuju Tangerang. Hari Jumat jam 4 sore lewat kemarin mobil berangkat, meninggalkan Semarang Barat yang bercuaca hangat.

Di daerah Mangkang, kami berbelok dari jalur arteri pantura untuk masuk ke jalan tol fungsional Semarang-Batang. Mobil-mobil pribadi saja yang diperbolehkan melalui jalur yang masih berupa cor beton tersebut.

Beberapa sambungan antar segmen cor beton ada yang belum rata. Tak jarang kondisi tersebut menimbulkan sedikit guncangan saat roda mobil melintasinya. 

Bukit-bukit dan sawah hijau berada di kanan kiri kami. Sesekali permukiman warga juga terlihat di kedua sisi jalan tol. Matahari senja berada di hadapan kami, memberi kelir jingga pada langit yang sebagian berhias awan.

Dokumentasi Pribadi

Di KM 384 lalu lintas mulai tersendat menjelang jembatan Kali Kuto yang baru saja diresmikan Presiden beberapa hari menjelang idul fitri. Jembatan ini baru bisa dilewati satu jalur saja, kendaraan yang ada perlu bergantian untuk melintasinya.

Kemacetan ini tak terlalu menjadi masalah. Toh dengan keadaan ini kami malah bisa menikmati saat-saat matahari tenggelam saat mobil beringsut menuju jembatan berwarna merah dengan rangka bebentuk kurva melengkung tersebut.

Dokumentasi Pribadi

Penduduk sekitar memanfaatkan kemacetan dengan menjual makanan ringan dan minuman dalam kemasan botol. Satu dua penumpang mobil ada yang menyempatkan turun untuk menikmati dan mengabadikan senja dengan jepretan kamera telepon seluler.

Jembatan Kali Kuto dan jalan tol yang kami lintasi ini masih dalam tahap pengerjaan. Empat buah krane yang sedang tidak dioperasikan terlihat di keempat penjuru kaki jembatan.

Tiga puluh menit lebih dalam kemacetan, akhirnya kami berhasil melintas jembatan saat waktu hampir mendekati jam enam petang. Hari mulai gelap, dan lampu-lampu di sekitar jembatan juga dinyalakan.

Dokumentasi Pribadi

Selepas Kali Kuto, perjalanan kembali lancar. Jalur beton terus berlanjut dan tanpa lampu penerangan dan rambu di sepanjang jalur, perlu konsentrasi dan kewaspadaan lebih bagi setiap pengendara mobil.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline