Lihat ke Halaman Asli

Djiwenk

Tersesat di gurun

Kenapa Tidak Ada Counter Provider Telepon di Soekarno Hatta?

Diperbarui: 16 September 2015   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari sekian banyak airport yang sudah pernah saya lewati jujur Sukarno Hatta adalah airport yang paling menakutkan bagi saya. Kedengarannya kok miris saya takut malah ketika saya berada di negri saya sendiri, ketakutan saya ini tentu beralasan karena saya pernah punya beberapa kali pengalaman buruk disini.

Dari mulai pernah dibodoh-bodohi oknum petugas jaman dulu banget dan akhirnya  gagal terbang gara-gara katanya passport untuk kerja nga boleh 48 lembar harus yang 24 lembar, (lhaaa kok terus besoknya saya bisa terbang dengan passport yang sama, ajaib kan?) Dan sampai sekarang saya masih gagal paham dengan adanya passport 24 dan 48 lembar ini bedanya apa?, Pengalaman ribet gara-gara ngurus KTKLN di sana sampe hampir ketinggalan pesawat juga, dan urusan-urusan simpel yang kadang ngeselin dengan calo-calo diluar.

Tapi sekarang saya merasa tidak begitu merasakan hal itu, setelah KTKLN nga ditanyakan lagi dan airport tax sudah jadi satu juga dengan tiket. Ini adalah salah satu kemajuan yang saya rasakan, Kebayang jaman dulu mau keluar negri aja harus ribet bayar fiskal juga.

Terbiasa memasuki imigrasi negara-negara yang nga harus ribet mengerjakan PR didalam pesawat, saya sangat senang ketika pengisian arrival card itu dihilangkan untuk WNI, setidaknya saya tidak harus ribet mempersiapkan bulpen sebelum bepergian. Eeehh... ternyata ada PR baru lagi didalam pesawat yaitu custom declaration yang masih buat saya penasaran, efektifkah?.

Lhaa... Setelah mendarat di Sukarno Hatta ternyata masih ada cleaning service atau petugas porter yang nawari SIM Card/Kartu perdana ke orang orang yang baru datang ke Indonesia.

" Sim Card sir...Indonesian  Sim Card..."

Tawar seorang petugas cleaning service kerombongan bule-bule yang baru datang, Si bule yang ditawari mengernyitkan dahi sepertinya keheranan Eehh... ada yah di Airport International orang jualan seperti ini. 

Terus bilang" no... thanks" dan akhirnya ngeloyor pergi.

Saya sebenarnya masih heran kenapa di Soekarno hatta terminal 2 kedatangan tidak ada counter atau gerai salah satu operator telepon di Indonesia. Apa telkomsel, Indosat, XL dan kawan-kawan tidak tertarik membuka disana? Apa ada tapi saya nga tau? Saya tanya bapak polisi dan beberapa petugas disana katanya nga ada.

Di banyak international airport biasanya ada counter dari provider lokal atau negara tersebut yang buka di arrival/ terminal kedatangannya, bahkan dibeberapa negara ada yang dikasih gratis tanpa isi, sedangkan top up/credit/isi ulangnya yang harus beli sendiri. 

Di jaman seperti sekarang ini sepertinya sangat susah untuk lepas dari handphone barang sejam duajam saja, bahkan didalam pesawat yang dilarangpun sekarang dunia penerbangan berusaha memberikan layanan khusus untuk tetap tersambung dengan internet. Ketika kita berada dinegara orang tentu kita akan berusaha meng indari biaya roaming mahal kalau tetap mengunakan nomer telpon dari negara asal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline