Suatu sore yang hangat di beranda rumah, aku mengeluh kepada Bapak karena nilai ujianku tak sebaik harapan. Beliau hanya tersenyum dan berkata pelan, "Nduk, jer basuki mawa beya."
Aku menatapnya bingung. Beliau mengusap perlahan rambutku, lalu menambahkan.
"Dalam hidup, apa pun yang berharga memang tidak pernah datang dengan mudah. Kalau kamu ingin selamat, bahagia, berhasil—semua itu ada biayanya. Ini bukan cuma soal uang, ya, tapi bisa kesabaran, kadang waktu, bahkan air mata. Nah, saat kamu berusaha meraih keinginanmu, apakah kamu sudah memberi yang terbaik?"
Kalimat itu membuatku terdiam; seolah Bapak sedang bertanya, sudahkah aku benar-benar berjuang sekuat yang kubisa—dan sejak saat itu, ucapannya tertanam di kepalaku.
Kini, setiap kali merasa sedih atas sesuatu, yang terlintas bukan sekadar kalimat bijak itu, tetapi wajah Bapak yang menatapku teduh, seolah berkata: berjuanglah dengan ikhlas, karena tak ada jalan mulia tanpa pengorbanan.
Dari nasihat sederhana itu, aku mulai memahami bahwa pepatah lama sering kali menyimpan kebijaksanaan yang tetap hidup melintasi waktu.
Ya, jer basuki mawa beya adalah sebuah ungkapan dalam budaya Jawa yang sederhana, tetapi kaya pesan. Kalimat singkat sarat makna ini diwariskan turun-temurun sebagai pengingat bahwa keselamatan, kebahagiaan, atau keberhasilan tidak pernah datang begitu saja. Ada jalan yang harus ditempuh, ada usaha yang mesti dikerjakan, ada pengorbanan yang layak dijalani.
Ungkapan ini lahir dari kearifan leluhur yang menempatkan kerja keras dan keikhlasan sebagai dasar kehidupan. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cermin pandangan hidup: bahwa sesuatu yang mulia hanya bisa digapai melalui kesungguhan dan perjuangan.
Jika ditilik lebih dalam, jer basuki mawa beya menyimpan filosofi bijak tentang etos kerja, keikhlasan, dan keteguhan hati. Untuk memahami kedalaman maknanya, mari kita bedah kata demi kata yang membentuk ungkapan ini.
Membedah Makna Tiga Kata Kunci
Ungkapan jer basuki mawa beya terdiri dari tiga kata kunci. jer berarti 'segala sesuatu', basuki berarti 'keselamatan atau kebahagiaan', dan beya berarti 'biaya atau pengorbanan'.
Jadi, secara sederhana pepatah ini bisa dimaknai: untuk meraih keselamatan atau keberhasilan, selalu ada harga yang mesti dibayar.