Di sebuah ruangan yang penuh rasa, ratusan pegawai Kementerian Keuangan berdiri dan melantunkan lagu "Bahasa Kalbu" karya Titi DJ. Suasana hening, perlahan-lahan berubah menjadi syahdu.
Lagu itu seakan menjadi jembatan hati para pegawai dengan sosok pemimpin yang mereka kenal karena ketegasan dan ketulusan. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang kini berpamitan, tak kuasa menahan air mata.
Tangisnya bukan semata perpisahan dari jabatan, melainkan bukti ikatan kemanusiaan yang terbentuk di antara pemimpin dan mereka yang ia layani.
Seorang pembawa acara, dengan suara bergetar menahan tangis, menyampaikan kalimat yang akan lama terpatri dalam ingatan:
"Selamat melanjutkan langkah, Ibu Sri Mulyani Indrawati. Jangan pernah lelah mencintai negeri ini."
Kalimat itu, meski sederhana, lahir dari kedalaman hati. Inilah bukti bahwa kepemimpinan tidak hanya diukur dari data, regulasi, atau angka-angka makroekonomi, tetapi juga dari jejak rasa yang ditinggalkan.
Setelah "Bahasa Kalbu", suasana kian mengharu biru saat lagu "Karena Cinta" ciptaan Dian HP, yang dipopulerkan Joy Tobing, menggema di ruangan. Judul lagu itu sendiri seolah merangkum perjalanan seorang Sri Mulyani.
Di balik keputusan-keputusan sulit, di balik kebijakan yang kadang berat diterima, ada satu landasan yang konsisten: cinta pada negeri.
Momen itu mencapai puncaknya ketika beliau berjalan perlahan meninggalkan ruangan. Sepanjang langkahnya, para pegawai menyodorkan mawar putih dan buket bunga.
Putih adalah simbol ketulusan, doa, sekaligus penghormatan. Setiap tangkai bunga seakan menjadi ungkapan terima kasih atas dedikasi dan integritas yang beliau tunjukkan selama bertahun-tahun.
Sri Mulyani menerimanya dengan senyum berurai air mata, lalu berhenti sesekali memenuhi permintaan swafoto dari pegawai. Sebuah gestur sederhana yang sarat makna: dirinya tidak berjarak, tidak menempatkan diri di menara gading.