Lihat ke Halaman Asli

Ani-Ani, Salah Satu Koleksi Alat Mata Pencaharian Tradisional di Museum Sri Baduga

Diperbarui: 11 November 2023   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Petani menggunakan beberapa alat tradisional dalam prosesnya memperoleh makanan. Dalam artikel ini, kita akan menginterpretasi dan membahas lebih dalam mengenai koleksi ani-ani sebagai salah satu alat mata pencaharian yang terdapat di Museum Sri Baduga.

Alasan mengambil tema alat mata pencaharian sebagai objek penelitian adalah karena banyaknya kekayaan budaya dari Indonesia yang semakin ditinggalkan oleh masyarakat seiring berkembangnya teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengingatkan kembali alat pertanian tradisional sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kepada generasi lama maupun generasi baru.

Namun, terdapat masalah terkait dengan pelestarian objek ini. Terciptanya alat pertanian modern membuat alat tradisional mulai tergantikan. Masyarakat yang menggunakan peralatan pertanian modern menilai penggunaannya yang lebih praktis, awet, mudah, dan bentuknya lebih bagus dengan sentuhan teknologi yang canggih. Jika unsur budaya daerah yang berupa peralatan pertanian tradisional ini tidak dilestarikan, maka generasi yang akan datang tidak dapat menikmati ataupun sekedar melihatnya sebagai warisan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Artikel ini bertujuan agar masyarakat dapat mengeksplorasi dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai salah satu alat mata pencaharian tradisional yang akan dibahas. Dengan demikian, kegunaan dan manfaat dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya untuk mengingatkan kembali peralatan pertanian tradisional melalui definisi, sejarah, fungsi komunikasinya serta manfaatnya bagi masyarakat.

Ani-ani atau ketam adalah alat memanen padi berupa sebuah pisau kecil yang bagian tajamnya dipasang pada sebidang papan kecil. Adapun metode panen padi dengan menggunakan Ani-Ani yaitu dilakukan dengan memotong tangkai bulir padi satu-satu. Meskipun proses memanen padi dengan ani-ani tergolong lebih lama, namun bulir padi yang belum matang tidak akan ikut terpotong. Hal ini tentu saja menjadi kelebihan ani-ani di mata para petani, sebab mereka bisa bekerja lebih selektif dalam pemanenan.

Pengunaan Ani-ani dalam tradisi masyarakat Sunda dikarenakan Dewi Padi yaitu Nyai Pohaci Sanghyang Sri yang berjiwa halus dan lemah lembut sangat takut melihat senjata tajam. Sebagai wujud penghormatan kepada sang dewi, maka padi pun harus diperlakukan dengan hormat dan lembut satu persatu tidak boleh dibabat secara kasar. Ani-Ani adalah hasil dari peradaban jaman nenek moyang kita yang tujuannya agar kita selalu menjaga dan menghormati alam terutama tanaman. Ani-Ani memiliki filosofi yang harus kita ambil, yaitu adanya pisau yang tajam diantara bambu sebagai gambaran untuk lebih hati-hati terutama dalam kehidupan. Karena memotong padi dengan Ani-Ani harus satu persatu dan dipilih, artinya bisa mendapatkan pembelajaran bahwa kita harus teliti dan cermat fokus pada yang dituju serta harus bisa memilah mana yang baik mana yang tidak agar hasil yang didapat maksimal.

Dalam Masyarakat Indonesia, Ani-Ani memiliki fungsi komunikasi ritual dan tradisi. Seperti halnya upacara panen padi masyarakat jambi yang dikenal dengan Upacara Baselang Nuai. Ini berfungsi sebagai alat komunikasi antara nenek moyang dengan generasi muda. Kegiatan Baselang Nuai ini biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai sawah dengan ukuran yang luas, sehingga untuk mempercepat proses pemanenan padi dilakukanlah dengan melibatkan sanak keluarga, pemilik sawah yang lain maupun masyarakat umum sehingga pemanenan padi dilakukan oleh banyak orang. Salah satu alat yang dibutuhkan dalam memanen padi, yaitu ani-ani sebagai pemotong padi yang terbuat dari besi.

Perlu diingat bahwa konteks dan nilai budaya dapat bervariasi di berbagai Masyarakat. Nilai budaya dari alat tradisional Ani-Ani dapat memiliki berbagai relevansi dengan nilai masa kini, seperti menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi yang berkelanjutan. Mungkin ada cara untuk memodifikasi atau menggabungkan alat tradisional dengan teknologi yang lebih modern untuk mencapai hasil yang lebih baik tanpa menghilangkan nilai budaya. Hal Ini dapat memberikan pelajaran bahwa dalam berkomunikasi antar budaya, kemampuan untuk beradaptasi dan menggabungkan inovasi dapat meningkatkan interaksi positif.

Dilansir dari media detikjabar, Menurut keterangan langsung dari Rizky Maulana selaku Seksi Kordinator Museum Sri Baduga, materi koleksi yang disajikan pada pameran tetap Museum Sri Baduga, ditata berdasarkan alur cerita (storyline) yang menggambarkan untaian perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat. "Menempatkan sebuah koleksi di ruang pamer itu harus ada storyline-nya. Jadi tidak sembarang kita kunci disana, karena ada alurnya. Kayak di lantai 1 nanti nyeritain tentang apa, lantai dua dan tiga apa begitu. Kalo misal kita nyimpen seenaknya, itu ada ahli suka negor yang lebih tau tentang koleksi nanti ditanya 'menempatkan topeng disini dasarnya apa?' Makanya kita harus udah siap dan ngadain kajian akademis bersama ahli dulu buat naruh koleksinya itu" jelasnya.

Lantai tiga menampilkan materi koleksi yang berkaitan dengan mata pencaharian (perdagangan) teknologi, permainan tradisional anak Jawa Barat dan zona perkebunan. Dalam artikel ini, saya selaku penulis memilih salah satu koleksi mata pencahariannya yaitu Ani-Ani sebagai alat pertanian tradisional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline