Lihat ke Halaman Asli

Didin Abramovich Alfaizin

Pengamat layar laptop

Pergulatan Batin - Karbon Hutan

Diperbarui: 23 Juli 2025   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di Sulawesi Selatan, seperti kota umum lainnya di Indonesia, ada tempat yang disebut Ammatoa. Kampung Para penjaga hutan. Disitu dituturkan hikmah lewat angin laut dan siri' na pacce menjadi napas kehidupan.

Aku kagum dengan budaya mereka yang agung. Lalu, pandanganku tersentil miris melihat keadaan setelah kumembaca sebuah buku tentang karbon. Tak kutemui satu pun kata tentang cinta, kehangatan, atau jeda untuk bernapas. Hanya angka dan emisi, grafik dan kebijakan. Seolah semesta ini bisa dirangkum dalam hitungan ton dan tidak dalam rasa. Padahal, dalam budaya mereka, menjaga alam bukan sekadar kewajiban ekologis, tapi laku batin yang diwariskan dalam tiap langkah. 

Maka aku pun bertanya, jika bumi dijaga tanpa rasa, apakah itu masih disebut pelestarian atau hanya penghitungan yang kehilangan makna?

Di tengah angka dan emisi karbon, kita lupa bahwa bumi ini tak hanya butuh reboisasi hutan, tetapi juga reboisasi rasa.

# kontemplasi senja

#celoteh Didin Alfaizin

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline