Lihat ke Halaman Asli

dicky fadillah

Mahasiswa Jurnalistik

Hiatus dari Paramore, Hayley Williams Temukan Kebebasan dalam Album Ego Death At A Bachelorette Party

Diperbarui: 19 September 2025   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ego Death At A Bachelorette Party" (Instagram/@yelyahwilliams)

Album solo ketiga Hayley Williams, "Ego Death At A Bachelorette Party", hadir sebagai karya yang berani dan reflektif. Ia melangkah keluar dari bayang-bayang Paramore, menyuguhkan nuansa indie rock bercampur bedroom-pop yang jauh dari pakem musik populer arus utama. Melalui album ini, Williams memperlihatkan sisi paling personal sekaligus kritis terhadap budaya pop kontemporer.

Mereka yang tak mengikuti perjalanannya mungkin saja melewatkan rilisan ini, bahkan penggemar yang sudah mencermati perilisan 17 dari 18 lagu sebelumnya bisa saja bingung menafsirkan maknanya.

Namun, di sinilah letak kekuatan album ini. Hayley membawakan indie rock dengan sentuhan bedroom-pop yang ringkas namun memikat, selaras dengan tajuknya: kematian ego yang dinyanyikan. Album ini menjadi cara dirinya melepaskan diri dari selera populer yang mendominasi industri musik.

Eksperimen dan Kematangan Musikal

Di sepanjang album, Williams menawarkan lagu-lagu penuh keyakinan. "Ice in My OJ" misalnya, menghadirkan modifikasi vokal dengan lolongan nyaris putus asa-berbeda jauh dari tren pop ramah radio. Walau tidak semua eksperimen berhasil, keberanian menampilkan sisi mentah inilah yang menjadikan album terasa segar. Lagu-lagu seperti "Glum" hingga "Kill Me" memberi ruang bagi pendengar untuk merefleksikan diri, sekaligus menjaga daya tarik album.

Ketidaksempurnaan yang Menguatkan

Justru ketidaksempurnaanlah yang menghidupkan album Ego Death At A Bachelorette Party. Ada nuansa nostalgia dalam lagu "Disappearing Man" yang memperlihatkan keseimbangan antara kemandirian dan keakraban. Sementara itu, "A Different Love", "Brotherly Hate", dan "Negative Self Talk" menggali sisi gelap hubungan dan kerentanan pribadi.

Puncaknya, judul lagu utama hadir sebagai kritik pedas pada budaya kontemporer yang sering mengorbankan nilai demi ketenaran.

Kritik terhadap Budaya Pop

Williams menyinggung keterjebakan artis papan atas dalam siklus performatif industri musik. Dari kegelisahan inilah lahir Ego Death At A Bachelorette Party, yang terasa lebih berani dan ekspresif dibanding album "This Is Why". Meski terdapat eksperimen yang tidak selalu berhasil, ketulusan dan semangat eksplorasi membuat album ini menonjol.

Album yang Penuh Gairah

Meski terdapat beberapa eksperimen yang terasa kasar atau aneh, seperti adaptasi The Bad Touch dari Bloodhound Gang-justru di situlah daya tariknya. Album ini bukan kumpulan hits radio, melainkan rangkaian eksplorasi yang tulus dan penuh gairah. Williams menampilkan kepercayaan diri instrumental, gaya penulisan lirik yang membebaskan, dan keberanian untuk melawan arus.

Hasilnya, Ego Death At A Bachelorette Party bukan sekadar proyek sampingan, melainkan pernyataan artistik Hayley Williams. Dengan keberanian untuk menolak standar pop konvensional, ia membuktikan bahwa jeda dari Paramore bukan berarti kehilangan identitas, melainkan menemukan ruang baru untuk tumbuh sebagai musisi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline