Lihat ke Halaman Asli

Aksara Kita dalam Selimut Hujan

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini waktu yang tepat untuk mengaksara

Tak perlu banyak bicara, lihat..

Jemari ini telah siap dengan tumpah ruah ceritanya

Tanah di seberang sana masih mengering saja, sekering hati ini sesaat

Sebelum akhirnya waktu mengantarkanku padamu

Tak ada suara antara kita saat itu

Karena guyuran air deras menghujam batu dan cadas

Aku, kau, kita tenggelam menikmati kesyahduan yang alam ciptakan

Petrichor.

Aroma khas tanah yang senantiasa menyeruak kala hujan turun

untuk sekedar mendamaikan hati yang gulana

Dan petrichor seperti halnya kau yang entah datang ‘tuk sekedar sirami keringnya hati ini

Lalu bulir demi bulir air yang kita lihat seperti menyorakiku gila

Ya, aku amat menggilai petrichor saat itu, begitu juga padamu

Kini, hujan memunguti sisa diamku.

Membungkusku rapat hingga membisu

Tentu kau masih ingat desau hujan saat itu

Dan juga petrichornya yang menentramkan

Tidakkah kita harus berterimakasih padanya?

Tentu saja.

Kau hujan, kau yang menggerakkan aksaraku bersuara

Kau hujan rinduku, kau yang mencipta kegilaan ini

Yogyakarta, 16 Juli 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline