Lihat ke Halaman Asli

dian indreswari

ASN dan ibu rumah tangga hobi traveling dan fotography

Teh dan Kehangatan Keluarga

Diperbarui: 12 Oktober 2025   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

...nduk ada tamu, ayo buatkan wedang...

Kata kata itu yang selalu meluncur dari bibir ayah atau ibu setiap saat ada tamu yang sedang berkunjung ke rumah, tidak peduli oleh siapa tamunya. Terlebih jika yang datang adalah keluarga dekat dan datang dari kota sebelah. Atau tanpa disuruh pun selalu bergegas ke dapur untuk menyiapkan hidangan teh.

Seketika itu juga berlarilah ke dapur untuk menyalakan kompor dan menyiapkan cangkir, baki, sendok, tutup cangkir dan gula. Air sudah mendidih lalu dituangkan ke dalam wadah yang berisi teh tubruk. Budaya Jawa untuk menikmati teh tubruk ini melalui proses : teh harus di rendam dalam air panas agar keluar warna dan aroma tehnya.  Lalu dengan perlahan air rendaman disaring dulu ketika dituangkan kedalam cangkir, diaduk supaya gula bercampur dengan air teh, dan ditambahkan air putih mendidih supaya tidak terlalu pekat. Memang, tingkat kepekatan teh di setiap cangkir nya tentu berbeda beda tergantung selera atau asal wilayah suatu masyarakat tertentu, ada yang suka menikmati teh ini dengan tingkat kepekatan yang tinggi, sedang ataupun tidak suka teh pekat sama sekali. Istilah Jawa nya “Nasgitel” Panas, Legit dan Kental/kentel. Teh ini disajikan dalam wadah teko dan gelas yang terbuat dari tanah liat atau biasa disebut wadah teh poci. Disajikan panas bersama gula batu, menikmati Teh Nasgitel dengan pisang atau jadah goreng tentulah sangat nikmat. Seiring berkembangnya jaman teh tubruk ini memang dirasakan kurang praktis karena dari sisi waktu pembuatan secangkir teh terkadang orang lebih menikmati yang instan cukup dicelup dan teh siap dihidangkan.

Merek Teh Lokal.. Tjap Bandoelan

Berbicara masalah merk teh lokal, kita memang mengenal bermacam macam merk di pulau Jawa namun yang sampai di daerah perkotaan seperti Surabaya teh lokal merk Bandulan ini merupakan teh Legenda sampai saat ini pun masih mendapatkan ruang tersendiri di hati pencintanya. Dari kemasannya sudah tercium bau wanginya, bahkan jika kertas pembungkusnya kita buka, aroma harum segarnya teh bercampur dengan melati langsung menerobos ke dalam hidung kita. Butiran daun teh kering yang telah melalui beberapa proses pengolahan hingga menjadi butiran teh kering/Tubruk, aroma khas daun melati menambah kesegaran dari teh Bandulan ini. Teh cap Bandulan sendiri telah berdiri sejak tahun 1933 di Pekalongan Jawa Tengah. Saat ini dijual dalam berbagai kemasan dan banyak dijumpai di pasar tradisional, bahkan sekarang di pasar modern atau swalayan sudah tersedia teh Bandulan ini, baik dalam kemasan besar, sedang maupun kecil.

Arti kata Bandulan itu sendiri yaitu Ayunan, yang biasa diletakkan di halaman rumah atau tempat tempat umum, terdiri atas dudukan dari kayu dengan diikat kuat tali tampar di sisi kanan dan kiri ditopang oleh kerangka besi yang kuat.

Menikmati cita rasa teh lokal dalam beragam bentuk penyajiannya

Era 20 an seperti saat ini menuntut produsen semua jenis makanan melakukan perubahan, tidak hanya dalam kemasan, branding maupun variasi penyajiannya, karena memang tuntutan jaman, tingkat kepraktisan dan kemudahan dalam menikmati suatu jenis makanan. Begitu juga dengan teh Bandulan yang telah bertransformasi  yang semula dalam kemasan bubuk/tubruk sekarang sudah dijumpai teh dalam kemasan gelas yang praktis tinggal dinikmati.

 

Sumber :

https://diswaypekalongan.id/2024/11/14/sejarah-teh-bandulan-khas-pekalongan-teh-legendaris-yang-ada-sejak-1933-dan-masih-eksis-hingga-sekarang/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline