Lihat ke Halaman Asli

Kadek Diah Arya Sita Saraswati

Mahasiswa S2 Pendidikan IPA Pascasarjana UNDIKSHA

Nilai - Nilai Tri Hita Karana dalam Tata Ruang, Arsitektur Bali, dan Pengimplementasian pada Pembelajaran Fisika di SMA

Diperbarui: 6 Oktober 2025   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Main Map Nilai - Nilai Tri Hita Karana dalam Tata Ruang, Arsitektur Bali, dan Pengimplementasian pada Pembelajaran Fisika di SMA

Bali adalah provinsi di Indonesia yang dikenal dengan keindahan alam, budaya, dan kearifan lokalnya. Salah satu falsafah hidup yang menjadi pedoman masyarakat Hindu Bali adalah Tri Hita Karana (THK), yang berarti “tiga penyebab kebahagiaan” atau “tiga sumber kesejahteraan hidup”. Tri Hita Karana menekankan keseimbangan antara tiga dimensi fundamental: hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan alam (palemahan). Nilai-nilai THK bukan hanya pedoman spiritual, tetapi juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, mulai dari ritual keagamaan, pola interaksi sosial, hingga arsitektur dan tata ruang. Bangunan dan tata letak lingkungan di Bali dirancang untuk menciptakan harmoni spiritual, sosial, dan ekologis.
Di era modernisasi dan globalisasi, nilai-nilai THK menghadapi tantangan berupa modernisasi arsitektur, gaya hidup instan, dan sistem pendidikan yang menekankan aspek kognitif semata. Oleh karena itu, penting untuk menggali dan mengintegrasikan nilai-nilai THK tidak hanya dalam arsitektur, tetapi juga dalam pendidikan, khususnya pengajaran Fisika di SMA. Pendekatan ini bertujuan membentuk siswa yang cerdas intelektual sekaligus memiliki karakter yang peduli spiritual, sosial, dan ekologis.

Nilai-Nilai Tri Hita Karana dalam Tata Ruang dan Arsitektur Bali
Arsitektur Bali merupakan perpaduan seni, budaya, agama, dan filosofi hidup. Konsep tata ruang Bali dikenal dengan Tri Mandala, yaitu pembagian wilayah menjadi tiga bagian: Utama Mandala (area suci, seperti pura), Madya Mandala(area hunian), dan Nista Mandala (area pertanian). Penataan ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencerminkan harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam. Prinsip palemahan menekankan bahwa manusia tidak boleh merusak alam. Material bangunan tradisional Bali, seperti kayu, batu, dan tanah liat, bersifat ramah lingkungan. Orientasi bangunan memperhatikan arah gunung, laut, dan angin untuk menjaga keseimbangan ekologis. Dimensi niskala pada arsitektur Bali menambahkan nilai spiritual, di mana setiap ornamen atau posisi bangunan memiliki makna filosofis.
Melalui arsitektur, masyarakat Bali menanamkan kesadaran bahwa membangun bukan sekadar menciptakan ruang fisik, tetapi juga membangun harmoni antara spiritualitas, sosial, dan alam. Konsep ini menjadi relevan untuk pendidikan modern sebagai contoh penerapan prinsip keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-Nilai Tri Hita Karana dalam Pengajaran Fisika di SMA
Fisika merupakan ilmu alam yang mempelajari fenomena alam, gaya, energi, dan hukum-hukum yang mengatur alam semesta. Pengajaran Fisika di SMA sering berfokus pada aspek kognitif, seperti rumus, teori, dan eksperimen laboratorium. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai THK, pengajaran Fisika dapat membantu siswa memahami hubungan antara ilmu pengetahuan, spiritualitas, sosial, dan ekologis.
1.Prahyangan: Hubungan Manusia dengan Tuhan
Nilai prahyangan menekankan kesadaran spiritual. Dalam Fisika, fenomena alam, hukum-hukum fisika, dan keteraturan alam dapat dijadikan sarana untuk mengagumi ciptaan Tuhan.
Contohnya, saat mempelajari hukum Newton tentang gerak, guru dapat mengajak siswa merenungkan keteraturan alam semesta. Setiap objek bergerak sesuai hukum alam, tanpa kehilangan keseimbangan, dan ini menunjukkan keteraturan ciptaan Tuhan. Materi sistem tata surya juga dapat dihubungkan dengan prahyangan. Guru menjelaskan bahwa planet-planet bergerak pada orbit yang stabil, gravitasi menjaga keseimbangan sistem, dan fenomena ini menunjukkan keajaiban ciptaan Tuhan. Pendekatan ini menumbuhkan rasa syukur dan kesadaran spiritual siswa, sekaligus mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan nilai spiritual dapat saling melengkapi.
2.Pawongan: Hubungan Manusia dengan Sesama
Nilai pawongan menekankan hubungan harmonis antar manusia. Dalam pengajaran Fisika, pawongan dapat diterapkan melalui proyek kelompok dan eksperimen kolaboratif.
Contohnya, saat mempelajari energi dan energi terbarukan, siswa dapat dibagi dalam kelompok untuk membuat model sederhana turbin air mini atau panel surya mini. Dalam kegiatan ini, siswa belajar bekerja sama, mendiskusikan solusi, berbagi tugas, dan menghargai pendapat teman. Selain itu, diskusi kelas tentang  juga dapat menumbuhkan kesadaran sosial. Siswa diajak mencari solusi secara kolaboratif untuk masalah energi atau lingkungan, sehingga nilai pawongan tercermin dalam kerja sama, empati, dan tanggung jawab sosial.
3.Palemahan: Hubungan Manusia dengan Alam
Nilai palemahan menekankan hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam Fisika, hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan praktikum lapangan atau proyek ilmiah yang memanfaatkan fenomena alam sekitar.
Contohnya, saat mempelajari suhu, tekanan, atau perubahan energi, guru dapat meminta siswa mengukur suhu air, energi panas, atau aliran air di sungai sekitar. Analisis data ini membantu siswa memahami konsep fisika sekaligus menyadari pentingnya menjaga keseimbangan alam. Selain itu, proyek efisiensi energi dan konservasi sumber daya dapat diterapkan. Siswa menghitung konsumsi energi listrik di rumah atau sekolah, menganalisis cara menghemat energi, dan belajar hidup ramah lingkungan. Dengan demikian, palemahan tidak hanya menjadi teori, tetapi juga pengalaman langsung siswa dalam menjaga alam.

Relevansi Tri Hita Karana dalam Konteks Modern dan Global
Nilai-nilai Tri Hita Karana (THK), meskipun berakar pada budaya dan filosofi Hindu Bali, memiliki relevansi yang luas dalam menghadapi tantangan kehidupan modern dan global. Dunia saat ini menghadapi kompleksitas yang meliputi krisis spiritual, krisis sosial, dan krisis lingkungan. Integrasi THK dalam pengajaran Fisika di SMA dapat menjadi strategi efektif untuk membekali generasi muda dengan kesadaran moral, sosial, dan ekologis.
1.Krisis Spiritual
Globalisasi dan modernisasi sering kali mendorong nilai materialisme, individualisme, dan konsumtivisme. Fenomena ini dapat menurunkan kesadaran spiritual dan moral generasi muda. Nilai prahyangan dalam THK menekankan hubungan manusia dengan Tuhan dan kesadaran spiritual sebagai fondasi moral. Dalam pengajaran Fisika, prahyangan dapat diterapkan dengan mendorong siswa mengagumi keteraturan alam dan hukum-hukum fisika sebagai ciptaan Tuhan. Misalnya:
1)Saat mempelajari hukum gravitasi atau gerak planet, guru dapat mengajak siswa melihat keteraturan dan keindahan alam semesta sebagai refleksi kebesaran Tuhan.
2)Fenomena fisika sehari-hari, seperti aliran listrik, pergerakan gelombang, atau energi terbarukan, dapat dijadikan sarana refleksi bahwa alam bekerja secara harmonis dan tertib.
Pendekatan ini membantu siswa mengembangkan rasa syukur, disiplin, kejujuran, dan kesadaran spiritual, sehingga ilmu pengetahuan tidak hanya menjadi sekadar pengetahuan kognitif, tetapi juga sarana pembentukan moral dan karakter.

2.Krisis Sosial
Tantangan sosial modern meliputi konflik, intoleransi, dan menurunnya solidaritas antarindividu akibat meningkatnya individualisme. Nilai pawongan dalam THK menekankan harmoni dan kerja sama antar-manusia, yang dapat diterapkan dalam pengajaran Fisika melalui kegiatan kolaboratif:
1)Proyek kelompok: Siswa bekerja sama untuk membangun model fisika, misalnya kincir air mini, roket air, atau panel surya sederhana, sehingga belajar menghargai pendapat orang lain, berbagi tanggung jawab, dan menyelesaikan masalah secara bersama.
2)Diskusi kelas tentang isu lingkungan dan energi: Siswa diajak memikirkan solusi bersama untuk masalah nyata, seperti pengurangan sampah elektronik, efisiensi energi, atau pengurangan polusi.
Melalui pawongan, siswa tidak hanya menguasai konsep ilmiah, tetapi juga mempelajari empati, kerja sama, toleransi, dan tanggung jawab sosial. Nilai ini sangat relevan untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis, sesuai dengan prinsip global tentang pendidikan karakter dan kewarganegaraan aktif.
3.Krisis Lingkungan
Perubahan iklim, deforestasi, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam merupakan masalah lingkungan yang mendesak di era modern. Nilai palemahan menekankan hubungan harmonis manusia dengan alam dan prinsip berkelanjutan. Dalam pengajaran Fisika, palemahan dapat diterapkan melalui:
1)Eksperimen dan praktikum lapangan, misalnya pengukuran energi matahari, efisiensi turbin air mini, atau analisis konsumsi listrik di sekolah.
2)Proyek energi terbarukan: Siswa belajar tentang energi alternatif (matahari, angin, air) dan dampaknya terhadap lingkungan.
3)Studi kasus perubahan iklim dan pemanasan global: Siswa menganalisis fenomena fisika terkait, seperti efek rumah kaca atau albedo permukaan bumi, dan menemukan solusi praktis untuk menjaga keseimbangan ekologis.
Dengan penerapan palemahan, siswa belajar bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar kewajiban moral, tetapi juga kebutuhan ilmiah. Prinsip ini sejalan dengan sustainable development dan Education for Sustainable Development (ESD) yang dicanangkan UNESCO, menekankan pentingnya pendidikan yang menyiapkan generasi muda untuk hidup berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap bumi.

Keterkaitan Nilai THK dengan Tantangan Global
Secara keseluruhan, nilai-nilai THK membantu siswa memahami bahwa ilmu pengetahuan, termasuk Fisika, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, moral, dan lingkungan. Penerapan THK dalam pengajaran Fisika memungkinkan siswa untuk:
1.Mengintegrasikan spiritualitas dalam memahami fenomena alam, sehingga tercipta keseimbangan antara pengetahuan ilmiah dan kesadaran moral.
2.Mengembangkan keterampilan sosial dan kerja sama, menjadikan siswa individu yang empatik, toleran, dan mampu berkolaborasi dalam menghadapi masalah nyata.
3.Meningkatkan kesadaran ekologis dan tanggung jawab terhadap bumi, menyiapkan siswa menjadi agen perubahan yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
Dengan demikian, THK bukan hanya filosofi lokal Bali, tetapi prinsip universal yang relevan untuk menghadapi tantangan modern dan global. Integrasi nilai-nilai THK dalam pendidikan Fisika memberikan landasan untuk membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan peduli terhadap Tuhan, sesama, dan alam.
Implikasi untuk Pendidikan Karakter dan Generasi Muda
Penerapan nilai-nilai THK dalam pengajaran Fisika di SMA tidak hanya menekankan penguasaan konsep ilmiah, tetapi juga membentuk karakter siswa yang religius, peduli sosial, dan bertanggung jawab ekologis:
1.Prahyangan: Siswa belajar menghargai keteraturan ciptaan Tuhan, menumbuhkan rasa syukur, disiplin, dan integritas.
2.Pawongan: Siswa belajar kerja sama, menghargai perbedaan, menumbuhkan empati, dan tanggung jawab sosial.
3.Palemahan: Siswa memahami pentingnya pelestarian lingkungan, mengembangkan kesadaran ekologis, dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Dengan integrasi nilai THK, pendidikan Fisika tidak hanya menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga individu yang bijaksana, peduli, dan mampu hidup selaras dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Tri Hita Karana adalah filosofi hidup masyarakat Bali yang menekankan harmoni antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Nilai-nilainya tercermin dalam tata ruang, arsitektur Bali, dan dapat diintegrasikan dalam pengajaran Fisika di SMA.
Dalam arsitektur, THK diwujudkan melalui penataan ruang dan material ramah lingkungan. Dalam pengajaran Fisika, nilai THK dapat diterapkan melalui prahyangan (spiritual), pawongan (sosial), dan palemahan (ekologis), sehingga siswa tidak hanya memahami hukum fisika, tetapi juga membangun karakter yang religius, peduli sosial, dan bertanggung jawab ekologis. Integrasi nilai THK relevan untuk menghadapi tantangan global, melestarikan kearifan lokal, dan membentuk generasi muda yang berkarakter serta cerdas. Filosofi THK menjadi jembatan antara tradisi lokal dan tuntutan modernisasi, sekaligus landasan pendidikan karakter yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline