Lihat ke Halaman Asli

Dhanang DhaVe

TERVERIFIKASI

www.dhave.id

Kisah Pencari Logam Mulia di Batu Hijau

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14224127291653307152

[caption id="attachment_393647" align="aligncenter" width="512" caption="Terdengar suara menggelegar dari dalam lobang setelah 4 detik dari ledakan sebenarnya. Inilah pit dari PT.NNT (dok.pri)."][/caption]

Pukul 03.10, suara menggelegar terdengar dari dalam pit. Sontak bumi bergetar dan kami yang menantikan detik-detik ledakan tersebut terkejut dan hanya bisa melihat kepulan asap putih dari jarak lebih dari 1,5km. Blasting, atau peledakan adalah salah satu cara untuk meremukan bebatuan agar mudah ditambang. "hampir setiap hari dilakukan blasting dengan dinamit, kebetulan hari ini hanya kecil saja ledakannya" kata pak Edi yang juga sama-sama terkejut begitu hendak melihat jam karena waktunya molor 10 menit.

Pagi buta menjelang subuh, tubuh ini harus dipaksa untuk bangun pagi. Guyuran air hangat membasahi tubuh sekaligus mengusir rasa kantuk. Setelah mengenakan pakaian lapangan, maka harus ditambah helm, kacamata dan rompi berwarna oranye. Dalam gelapnya pagi, manakala sang surya masih menyemburatkan secercah cahayanya rombongan korps rompi oranye berhelm putih sudah berjalan menuju mess hall.

"ID Card ini harus dipindai dulu agar bisa masuk dalam mess hall yang digunakan sebagai ruang makan. Jika ID Card ini hilang, ketinggalan, atau rusak makan makan bisa batal atau harus meminta teman untuk membungkuskan, tetapi sepertinya mustahil" kata pak Molet yang selalu mengingatkan tentan ID Card. Solusi cerdasnya cukup hafalkan nomer kode ID Card dan meminta petugas untuk meng-input secara manual. Kejadian tersebut seperti yang di alami teman saya karena kartunya terselip di belakang tirai jendela. ID Card tak sebatas urusan makan saja, tetapi semua aktivitas dipertambangan diakses dengan kartu pengenal tersebut, sehingga pegawai dituntut menjaga baik-baik karena sebagai nyawa serepnya.

[caption id="attachment_393649" align="aligncenter" width="512" caption="Makan pagi bisa menjadi ajang diskusi dan curhat bagi mereka yang biasa sesehari di lapangan. Setelah seharian mengoprasikan kendaraan berat, makan ruang makanlahlah radevousnya. Terlihat sebuah haul tru yang sedang melintas dan sehari berjalan 24 jam (dok.pri)."]

1422412904799821411

[/caption]

Makan pagi adalah tempat reuni para pekerja tambang. Ruang bersosialita tepatnya karena semua obrolan bisa dilakukan di meja makan sambil mengunyah, sebab ditempat kerja hanya bisa lewat radio dan itupun terbatas. Pagi ini usai sarapan, bus dengan 4 percepatan sudah menunggu kami untuk menuju lokasi MMA. MMA (Mining Maintenance Area) yang sebagian berisikan orang-orang teknik, baik pertambangan, geologi, metalogi, mesin dan lain sebagainya menjadi perintis dalam pertambangam.

Geolog akan mensurvey sekaligus mengekplorasi lokasi-lokasi mana yang memiliki potensi menghasilkan bahan tambang. Mereka akan mengambil contoh dengan mengebor ratusan meter dibawah tanah dibeberapa titik lalu mensimulasikan kandungan logam mulia dan memetaknnya. Setelah dipetakan mereka akan menaksir seberapa besar potensi sumber mineral yang ada. Para ahli pertambangan akan mendisain bagaimana model penambangan, berikut dengan peralatan yang hendak dipakai, sedangkan para ahli logam akan mendisain bagaimana mengolah hasil tambang. Beberapa kepakaranilmu lain juga dihadirkan disini yang berkaitan dengan pertambangan, terutama dengan alat-alat berat yang ibarat monster-monster pemakan bebatuan.

[caption id="attachment_393650" align="aligncenter" width="512" caption="Presentasi dari staff MMA tentang seputar pertambangan Batu Hijau (dok.pri)"]

14224130391172223138

[/caption]

Pagi ini pak Edi dan ibu Oni, bak duet maut dalam dunia tambang di PT.NNT. Mereka  menjelaskan bagaiamana awal mula tambang batu hijau ini dieksplorasi hingga dilakukan penambangan. Dengan logat Jawa yang kental pak Edi yang asli Yogyakarta begitu antusias dalam presentasi. Beliau menjelaskan bagimana 20 tahun yang lalu datang ditempat ini, lalu bersama para geolog menggali potensi tambang di Pulau Sumbawa.

[caption id="attachment_393657" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu contoh batuan hasil pengeboran sedalam 80m di 21 cm, seperti yang terlihat pada label berwarna kuning 9dok.pri)."]

14224137221120112065

[/caption]

Cerita singkat tentang sebuah proses tembaga yang teroksidasi dan tercampur air akan berwana hijau. Warna hijau akibat oksidasi tembaga tersebut kemudian menyelimuti bebatuan yang ada di sekitar sungai, sehingga sepakatlah lokasi tersebut diberi nama Batu Hijau tanpa harus ada selamatan dan pembuatan akta kelahiran. Cerita kemudian berlanjut manakala beliau harus bekerja mengebor batu-batuan keras, yang harga sekali mengebor per meternya habis 25 juta rupiah, tinggal dikalikan berapa ratus meter yang dibor dan berapa puluh titik. Harga yang sangat mahal untuk mencari sesuatu yang berharga di dalam perut bumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline