Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Ramadhani

Manusia biasa

One Day Vietcong!

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekitar 3 minggu yang lalu saya dan beberapa teman mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke negerinya Uncle Ho (Bach Ho) alias Vietnam. Negeri ini belakangan menjadi salah satu Negara yang banyak di buru oleh para investor asing karena terkenal dengan upah tenaga kerjanya yang murah, terampil dan pekerja keras. Ini dapat dilihat dari ramainya Ho Chi Minh City (HCMC) yang merupakan kota bisnis terbesar di daerah Vietnam Selatan. Di kota ini, sejauh mata memandang, kita dapat dengan mudah menemukan berbagai macam suku bangsa yang berjalan kaki menyusuri pedestrian yang harus diakui jauh lebih nyaman di banding kota Jakarta J

Trip saya kali ini berlangsung cukup lama dan Saya berkesempatan melalui akhir pekan di kota Ho Chi Minh. Sejak dari awal keberangkatan dari Jakarta, kita mencoba cari informasi mengenai tempat wisata yang bisa kita kunjungi pada akhir pekan. Dari berbagai informasi yang diperoleh dari Hotel dan teman yang sudah cukup lama tinggal di kota ini maka di rekomendasikan untuk mengunjungi Chu Chi Tunnel (dibaca : Ku Ci Tunnel). Tempat ini merupakan tempat bersejarah bangsa Vietnam yang berupa terowongan – terowongan kecil yang dahulu digunakan oleh Vietcong dan Vietmin (Vietcong adalah julukan yang diberikan kepada tentara Vietnam yang memerangi Amerika di Vietnam Selatan sedangkan Vietmin adalah mereka yang memerangi tentara Perancis di Vietnam Utara). Mendengar nama terowongan ini segera pikiran saya melayang balik ke sekitar tahun 1990-an dimana pada saat itu ada serial televisi “Tour of Duty” yang menceritakan tentang perang Vietnam antara tentara Amerika dengan para Vietcong. Masih sangat jelas terekam bagaimana penggambaran film tersebut mengenai para Vietcong ini dan segera saja Saya tertarik untuk mengunjungi tempat bersejarah tersebut.

JOIN “BACKPACKER” TOUR

Setelah proses “searching” tujuan wisata selesai maka kita segera melanjutkan ke pada “next step” yaitu mencari tour travel yang sesuai dengan kantong. Sebenarnya di Hotel tempat menginap juga menawarkan jasa tour ke Chu Chi Tunnel tapi berhubung biaya nya cukup mahal (bagi ukuran kantong kita) yaitu around $39 USD - $66 USDmaka kita memutuskan mencari tour travel yang murah meriah. Akhirnya kita mendapatkan suatu tempat yang terkenal dengan nama “SINH CAFÉ” yaitu sejenis tour travel yang banyak digunakan oleh kalangan Backpacker seluruh dunia dan dapat ditebak, biaya tour disini pastilah “miring” yaitu hanya sekitar 140,000 VND (+/- Rp 75,000) per kepala. Selain murah, di tempat ini juga ditawarkan beberapa paket wisata ke berbagai tempat menarik kita tinggal memilih saja mau yang “one day trip” atau “half-day trip”. Untuk paket wisata ke Chu Chi tunnel di kombinasikan dengan kunjungan ke Cao Dai Temple (akan saya ceritakan pada tulisan selanjutnya) dan akhirnya kita pun memilih paket “one day trip” tersebut.

Chu Chi Tunnel

Hari “H” pun tiba dan kita pun siap berangkat ke Chu Chi Tunnel dengan menggunakan bis yang disediakan oleh “Sinh Café”. Perjalanan ke Chu Chi Tunnel memakan waktu sekitar 2.5 Jam dari Ho Chi Minh. Di dalam bis kita bertemu dengan “rekan” turis yang berasal dari berbagai macam suku bangsa antara lain Amerika, Hongkong, Swedia, dan tentu saja INDONESIA! J. Bis yang digunakan cukup bagus walaupun beberapa “shock breaker”nya sudah semestinya diganti karena dalam perjalanan ke Chu Chi Tunnel kita melalui jalan pedesaan (yah…kurang lebih mirip jalan di Pantura lah) yang terkadang kondisinya rusak (yah…wajar ada rupa ada harga J ).

Oh ya, Chu Chi Tunnel itu terletak di provinsi Chu Chi dimana mayoritas wilayahnya di dominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan warga. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang rombongan tour sampai di Chu Chi Tunnel. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membeli tiket masuk seharga 75,000 VND (+/- Rp 40,000) yah lumayan lah tidak tidak terlalu mahal. Setelah itu kami pun bersama – sama dengan rombongan masuk ke dalam suatu pintu masuk yang berbentuk terowongan besar dan gelap. Bentuk terowongan ini mengingatkan saya pada terowongan penyebrangan jalan di Kuala Lumpur Malaysia bedanya hanya lebih gelap saja…hehe.

Patriotic Movie dan Amazing Tunnels

Sebelum kita menuju terowongan – terowongan utama milik Vietcong kita terlebih dahulu di ajak untuk menonton sebuah film documenter yang menceritakan kegigihan para pejuang Vietcong baik wanita dan pria. Sekilas film ini mengingatkan saya pada film G30S PKI yang pada tahun 1990-an setiap tahun diputar di televise nasional kita. Penggambaran pada film ini juga sangat berbeda dengan film – film “patriotis” perang Vietnam produksi Holywood seperti Tour of Duty dan Rambo dimana pada umumnya film-film tersebut mengisahkan kemenangan dan keberhasilan para tentara Amerika dalam berperang melawan Vietcong. Pada film documenter yang judulnya pun saya tidak ingat dikisahkan perjuangan dan kegigihan para pejuang wanita Vietcong yang berhasil menghancurkan banyak Tank Amerika dan menewaskan banyak tentaranya.

Sebelum film diputar, pemandu wisata menjelaskan terlebih dahulu mengenai sejarah perang Vietnam dan Chu Chi Tunnel. Menurut penjelasannya, Chu Chi Tunnel adalah kumpulan terowongan yang saling berhubungan satu sama lain dan pada awalnya dibangun oleh tentara Vietmin (yaitu mereka yang berjuang melawan Perancis). Terowongan – terowongan ini di gunakan untuk tempat perlindungan sekaligus sarana untuk menyerang kantong – kantong militer Amerika. Panjang terowongan – terowongan tersebut mencapai 250 km membentang dari provinsi Chu Chi sampai ke pinggiran sungai Mekong yang sudah sangat dekat dengan Saigon atau yang sekarang dikenal dengan nama Ho Chi Minh.

Yang menarik dari penjelasan sang guide adalah bahwa terowongan – terowongan ini dibangun dengan desain yang sangat menakjubkan dimana setiap terowongan memiliki ruangan – ruangan layaknya sebuah rumah seperti ruang istirahat, ruang makan dan dapur. Terowongan ini pun sengaja di buat dengan ukuran yang sangat kecil dengan tujuan agar tentara Amerika yang berbadan tinggi besar tidak dapat masuk. Di dalam terowongan pun banyak terdapat jebakan yang berbentuk tombak – tombak tajam sebagai antisipasi apabila tentara Amerika berhasil masuk ke dalam.

Setelah menonton film, kami pun diajak untuk melihat secara langsung bagaimana bentuk terowongan – terowongan tersebut. Pertama, kami di bawa masuk kedalam hutan dan berhenti di suatu tempat. Secara kasat mata, yang kita lihat hanyalah rumput – rumput hutan tetapi tanpa diduga seorang petugas penjaga keamanan datang dan menyibak rumput – rumput hutan tersebut dan mengangkat sebongkah tanah dan ternyata ada sebuah pintu masuk ke dalam terowongan yang berukuran sangat kecil ! (Saya pun tidak berani mencoba masuk karena takut tidak bisa keluar hehehe).

Perfect “Boogie” Trap

Kekaguman kami tidak berhenti sampai disitu. Setelah melihat “atraksi” penjaga tadi yang dengan mudah memasukkan dirinya kedalam terowongan yang sangat kecil tersebut kami pun melanjutkan ke tempat ranjau – ranjau buatan Vietcong. Ketika kami melihat ranjau dan jebakan buatan mereka sekali lagi kami harus berdecak kagum (walaupun agak meringis ketika membayangkan bagaimana tubuh tentara Amerika yang masuk kedalam jebakan tersebut). Perangkap, ranjau, jebakan atau apapun namanya dibuat dengan sangat sempurna oleh para Vietcong sehingga konon sudah puluhan ribu tentara Amerika yang meregang nyawa di sana.

Manequin, Sisa Bom dan Rongsokan Tank

Sepanjang jalan dari satu terowongan ke terowongan lain sengaja dibuat patung-patung replica dari tentara Vietcong yang bentuknya sangat mirip dengan manusia (ga kebayang kalo malam hari mereka bangun..hiiii). Kami juga ditunjukkan sisa-sisa bom Amerika yang tidak meledak mulai dari yang paling ringan sampai yang beratnya mencapai 250Kg. Saya membayangkan getaran dari bom – bom tersebut pasti tidak kalah dashyat dengan bencana gempa di Sumatera dan Jawa Barat baru – baru ini (perang memang membawa malapetaka ;( ). Di salah satu sudut hutan juga ditemukan bangkai Tank dari tahun 1970-an yang konon di hancurkan oleh para Vietcong dan dipreteli senjatanya untuk di pakai kembali.

Menjadi Vietcong

Akhirnya, sampailah kami pada suatu terowongan yang terlihat cukup besar dari luar dan tour guide mengajak kami semua untuk masuk kedalam terowongan tersebut. Karena secara mata telanjang terowongan tersebut cukup besar maka kami dengan “gagah berani” melangkah masuk. Ternyata setelah sampai didalam, terowongan ini jauh lebih kecil dan terdiri dari dua “lantai” yaitu di dalam terowongan kecil terdapat terowongan lagi yang lebih dalam dan kecil. Begitu memasuki terowongang langsung terasa pengap dan rasanya sulit untuk bernapas. Kami yang pada awalnya tidak diberikan “peringatan” sedikitpun mengenai kondisi terowongan menjadi sedikit panic walaupun kami berusaha tenang dan terus merangkak di dalam terowongan. Panjang terowongan yang harus kami lewati sekitar 40 M tetapi karena suasana yang pengap membuat kami merasa telah menempuh ratusan meter. Tidak dapat dibayangkan dahulu para Vietcong hidup didalam terowongan – terowongan seperti ini selama bertahun – tahun.

Menembak dengan M16

Setelah “puas” melewatiterowongan Vietcong kami di ajak ke tempat menembak. Disini kami boleh menjajal kecanggihan beberapa senjata yang dipergunakan dalam perang Vietnam seperti senapan M16, AK47 dan beberapa senapan mesin. Untuk menembak kami “diwajibkan” membeli peluru minimal sepuluh butir dengan harga 30,000 VND (+/- Rp 16,000) per peluru . Karena ingin merasakan bagaimana rasanya menembak dengan menggunakan senapan M16 saya pun menjajalnya walaupun harus merogoh kocek agak dalam disini.. (yah…kapan lagi kesempatan seperti ini datang hehehe….)

Learning Point For Indonesia

Nah, kegiatan menembak tadi merupakan akhir dari perjalanan saya dan kawan – kawan ke kompleks Chu Chi Tunnel. Sebenarnya dari tempat ini ada beberapa learning point yang saya dapatkan yaitu pengelolaan obejk bersejarah. Di sini terlihat bahwa pemerintah Vietnam sangat peduli dengan lokasi bersejarah ini dan mereka pun melakukan perawatan yang sangat baik dan pada akhirnya dapat menarik banyak wisatawan asing untuk berkunjung. Saya yakin di Indonesia banyak tempat bersejarah seperti ini tetapi kurang mendapat perhatian dan kurang di promosikan. Sebagai contoh di Jakarta, terdapat monument lubang buaya yang bentuk replica patung nya sangat mirip dengan Chu Chi Tunnel tetapi kurang di promosikan sehingga kurang memberikan nilai histories dan ekonomis.

Okeh cukup sampai disini ceritanya akan saya lanjutkan dengan catatan perjalanan saya yang lain…see ya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline