Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Kereta Api Dulu dan Kini

Diperbarui: 1 Oktober 2022   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta api sebagai moda transportasi publik yang aman dan nyaman. Dokumen pribadi.

Apa yang paling disukai saat melakukan perjalanan naik kereta api ? PT. Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai BUMN penyedia transportasi publik yang semakin hari semakin baik dalam memberikan pelayanannya kepada konsumen.

Keluargaku adalah pencinta kereta api, terutama untuk perjalanan jarak jauh di pulau Jawa. Anak-anakku suka sekali memesan nasi goreng dan bistik di restotasi kereta api. Rasanya yang sedap dan disajikan di atas piring ceper berwarna putih. Sungguh membuat perut ini keroncongan lagi mengingatnya.

Dulu pertengahan tahun 90-an hingga akhir tahun 2000 , aku sekeluarga akan memilih kereta api untuk mengunjungi orangtua di Cirebon dan Solo. Selain tidak lelah karena membawa anak yang masih kecil, juga sensasi berkereta itu memang beda.

Aku pernah ke Cirebon berdua saja dengan si bungsu. Sewaktu kembali ke Jakarta, kebetulan mendapat tiket di gerbong terakhir. Waaaahhh ... Aku bisa memotret pemandangan dari jendela pintu kereta.

Kami sekeluarga pernah mendapatkan tiket dengan berbeda-beda gerbong. He3 ... Kok bisa ? Ceritanya saat libur lebaran memang peak seaseon ya. Jadi nomor kursi kami kan tidak berdekatan, padahal kangen kepingin ngobrol bareng. Jadilah kami nge-date di restorasi. Untung saja menjelang tengah malam sepi. Kami memesan kopi, teh, dan makanan. Tapi sudah beda loh! Makanannya dikemas dalam wadah plastik yang bisa dihangatkan di microwave. Kata anak-anakku lebih enak makanan jaman jadul.

Cerita naik kereta jaman lebih jadul lagi, saat aku kecil. Kereta Gunung Jati memiliki rute Jakarta - Cirebon. Nah ... Di kereta ini kursinya masih berhadap-hadapan tidak bisa dibalik. Seperti kursi kelas ekonomi. Karcis masih berupa sepotong kertas tebal beukuran sekitar 3x7 cm. Ada nomor seri dan petugas Kondektur akan membolonginya saat pemeriksaan. 

Di gerbong restoran berjumpa petugas Kondektur yang sedang beristirahat. Dokumen pribadi.

Seru sekali kereta jaman dulu, pedagang akan naik ke atas gerbong. Menjajakan pecel, nasi rames, beragam minuman dan cemilan. Ramai ... Heboh. Iya lah! Tapi aku suka karena sepanjang jalan bisa jajan. 

Selain itu, banyak juga penumpang yang selonjoran, duduk di lantai, bahkan tidur dengan nikmatnya. Kalau sekarang mana boleh! Gerbong kereta dilengkapi dengan kipas angin yang sering tidak berputar. Sampah berserakan. Ketika hampir sampai tujuan biasanya ada pembagian tissue basah. Begitu muka dan tangan dilap, waaaahhhhh .... hitam jadinya tissue itu. Ternyata sepanjang jalan banyak debu menempel di kulit kita.

Nah ... satu lagi perihal toilet, ya ampun deh! Jaman dulu kalau bisa menahan saja keinginan buang air kecil apalagi buang air besar. Toiletnya kadang tak berair. Lebih aneh lagi ada penumpang (mungkin tidak bertiket) sengaja duduk di toilet. Sepertinya menghindari pemeriksaan petugas Kondektur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline