Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Jejak Langkah", Jejak Sejarah Pers dan Pergerakan Nasional dalam Novel

Diperbarui: 11 Oktober 2025   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Jejak Langkah banyak bermuatan sejarah pers dan pergerakan nasional (dokpri) 


Jejak Langkah karya  Pramoedya A. Toer makin menunjukkan kentalnya pengaruh sosok Tirto Adhi Soerjo sebagai inspirasi tokoh utama novel ini, yaitu Minke. Pada buku ketiga dari Tetralogi Buru ini dikisahkan jejak langkah Minke dalam sejarah pers dan pergerakan nasional yang jarang diketahui oleh awam.

Melanjutkan cerita pada buku kedua yaitu Anak Semua Bangsa, Minke bertolak dari Surabaya menuju Batavia untuk melanjutkan pendidikan. Alih-alih belajar tentang ilmu administrasi atau pemerintahan, ia malah memilih bersekolah kedokteran di STOVIA.

Hingga akhir abad ke-19, rata-rata penduduk Jawa tidak berumur panjang. Mereka rata-rata mati muda pada usia 25 tahun dikarenakan parasit. Oleh karena itu para dokter dipuja. Asisten dokter dari para pribumi juga sangat dibutuhkan.

Sayangnya meski STOVIA tersebut dikenal sebagai sekolah para cendekiawan, para murid baru terutama dari kalangan pribumi kerap mengalami perundingan. Tak terkecuali Minke. Ia mendapat sambutan tak menyenangkan ketika baru tiba.

Pada hari-hari awal bersekolah di Stovia, Minke kesulitan beradaptasi mengenakan pakaian Jawa. Ia terbiasa berbusana Eropa. Minke kemudian mendapat 'tamparan keras' dari sosok yang dihormatinya. Ia dianggap angkuh karena seperti mengagungkan budaya Eropa dan menjaga jarak dengan kultur Jawa.

Meski telah sibuk menimba ilmu kedokteran, Minke tetap aktif menulis. Ia teringat akan pemberontakan petani di Sidoarjo berkaitan dengan sistem tanam paksa tebu yang merugikan mereka. Ia juga terinspirasi oleh cerita dan kabar tentang Multatuli, Nyai Dasimah, Si Pitung, dan Gadis Jepara.

Semangatnya untuk memberikan kontribusi bagi bangsanya makin tebal ketika bertemu Ang San Mei. Aktivis Tionghoa ini menarik perhatiannya. Ia pun menikahinya.

Kabar kemenangan Jepang mengalahkan Rusia serta kesuksesan organisasi modern keturunan Tionghoa dan Arab membuat Minke terpikir untuk membentuk organisasi pribumi seperti yang disarankan seorang pensiunan dokter. Namun, apakah ia mampu?

Novel Tebal yang Menambah Wawasan
Sudah lama aku mengalami reading slump dan berjuang mengatasinya. Bukannya memulai kebiasaan membaca dengan buku tipis dulu, aku malah nekat meminjam buku Pram yang tebalnya tak tanggung-tanggung, 739 halaman.
Ini buku ketiga setelah Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Ini buku yang istimewa karena buku bersampul biru ini diterbitkan Lentera Dipantara untuk memperingati seabad Pram.

Sudah lama aku mengagumi sosok penulis ini. Aku jatuh hati pada karyanya setelah membaca Gadis Pantai, Arok Dedes, dan Panggil Aku Kartini Saja. Ia kerap menyuguhkan karya fiksi dengan balutan sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline