Penasaran seperti apa film-film dari Afrika? Kalian bisa lho menjawab rasa ingin tahu tersebut di gelaran Festival Film 100% Manusia. Tahun lalu aku menyaksikan film Xale dari Senegal di festival ini. Nah tahun ini ada tiga film, yaitu The Anchorage of Time dari Mozambique, Nome dari Guinea-Bissau, dan Amchilini, Choose Me dari Cote d'Ivoire alias Pantai Gading.
Film The Anchorage of Time (O Ancoradouro do Tempo) berfokus pada sosok bernama Izidine yang mendapat promosi sebagai detektif. Ia kemudian ditugaskan menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi di panti yang dulunya bekas benteng kolonial. Film ini naskah ditulis Mia Couto bersama Sol de Carvalho serta disutradarai oleh Sol de Carvalho. Film berdurasi 105 menit ini dialognya berbahasa Portugis.
Yang menarik dari film ini kasusnya mengingatkan pada salah satu kasus yang pernah dipecahkan oleh Hercule Poirot. Ada beberapa orang yang mengaku sebagai pembunuhnya. Izidine harus berpacu dengan waktu sebelum helikopter menjemputnya.
Wah seperti apa ya film dari Mozambique? (Sumber gambar: IMDb)
Sedangkan Nome merupakan drama historis yang menceritakan upaya Nome bersama para pejuang melawan kolonialisme Portugis pada tahun 1969. Setelah bertahun-tahun berperang dan kemudian menang, Nome merasakan decak kagum orang-orang di kampungnya yang menganggapnya sebagai pahlawan.
Awalnya Nome menikmati kebanggaan sebagai pahlawan dan kemerdekaan yang diraih negaranya. Namun, setelah Guinea-Bissau merdeka apa yang terjadi kemudian?
Film sepanjang 117 menit ini naskahnya ditulis oleh Virglio Almeida dan Olivier Marboeuf. Peran sutradara dipegang oleh Sana Na N'Hada.
Nome menceritakan perang kemerdekaan pejuang Guinea-Bissau (sumber gambar: Africanfilm.com)
Membaca sinopsis film ini mengingatkan pada film-film perjuangan Indonesia seperti Darah dan Doa (The Long March) serta Lewat Djam Malam yang juga memiliki cerita tentang ironi paska kemerdekaan. Omong-omong Nome masuk official selection Locarno International Film Festival 2025.
Lantas tentang apa film Amchilini, Choose Me dari Pantai Gading? Rupanya Amchilini, Choose Me merupakan film dokumenter tentang tradisi perempuan di Chad. Dulu para perempuan harus menunggu dilamar, tidak ada kebebasan memilih. Namun, bagaimana dengan generasi sekarang?
Dokumenter sepanjang 69 menit ini disutradarai oleh Moussa Tidjani Ousman. Bahasanya menggunakan bahasa Arab.
Wah ketiga film Afrika tersebut nampak menarik. Meskipun menggunakan bahasa Portugis dan Arab, tetap ada subtitle bahasa Inggris.