Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Jakarta Maghrib", Ungkap Secuil Situasi Jakarta Jelang Maghrib

Diperbarui: 10 Oktober 2021   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta Maghrib tentang situasi jelang Maghrib di Jakarta (sumber gambar: Disney Plus Hotstar)


Maghrib adalah waktu  yang dianggap sakral karena merupakan pergantian terang ke gelap. Ada banyak mitos berkaitan dengan suasana jelang dan saat Maghrib. Lantas bagaimana warga Jakarta yang sebagian dianggap memiliki pandangan modern menyikapi Maghrib? Kisah tentang waktu Maghrib di Jakarta ini diulik dalam film berjudul "Jakarta Maghrib".

Dalam film yang dirilis tahun 2010 ini ada enam cerita pendek yang memiliki benang merah pada waktu Maghrib. Penulis naskah dan sutradaranya adalah Salman Aristo, yang lebih dikenal sebagai penulis naskah film sebelumnya. Ia mengajak para bintang seperti Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Lukman Sardi, Indra Birowo, dan Widi Mulia.

Kelima cerita berkaitan dengan waktu menjelang Maghrib. Dan satu film pamungkas merupakan cerita yang menyambungkan satu cerita dan lainnya walau sebenarnya tak berkaitan.

Apa yang dilakukan warga Jakarta jelang Maghrib? Dalam film pertama yang diperankan Indra Birowo dan Widi Mulia, diulik pasangan suami istri yang memiliki bayi. Mereka masih satu rumah dengan orang tua mereka. Kamar untuk mereka kecil dan sesak dengan barang. Bahkan barang jualan seperti tabung gas melon ada di kamar mereka. Sungguh berbahaya.

Di sini ditampilkan masalah yang umum ditemui keluarga kecil di Jakarta. Harga rumah dan tanah mahal sehingga mereka bertahan sambil terus menabung, dengan rumah sewaan kecil atau satu rumah dengan mertua. Pertengkaran suami istri pun terjadi entah karena bayi yang rewel atau masalah dengan mertua.

Dalam film kedua berjudul."Adzan" ditampilkan situasi mushola di sebuah daerah yang bersih dan dirawat dengan baik. Tapi sayangnya mushola tersebut sepi jamaah. Hingga suatu ketika terjadi sesuatu di pengurus mushola.

Film ketiga berjudul "Menunggu Aki" adalah sebuah gambaran situasi di kompleks perumahan yang warganya saling tak kenal satu sama lain. Mereka kemudian berkumpul di satu petang tak sengaja karena menunggu penjual nasi goreng yang tak kunjung datang.

Ini juga situasi yang umum dijumpai di Jakarta di mana satu warga tak mengenal tetangganya meski rumah berdampingan di sebuah kompleks perumahan tertentu. Ternyata ada yang bekerja di satu perusahaan. Bagian ini menunjukkan masyarakat Jakarta yang mulai individualistik.

Segmen keempat dan kelima kurang kuat menggambarkan situasi Maghrib. Yang keempat tentang anak kecil yang takut pulang karena suasana gelap saat Maghrib dan mitos-mitos makhluk halus yang muncul saat jelang Maghrib.

Yang kelima tentang pasangan kekasih yang terus bertengkar selama menuju lokasi pernikahan. Mereka salah masuk jalan yang membuat mereka tak bisa tiba di lokasi sebelum Maghrib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline