ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Silek Pangian, salah satu aliran silat tradisional Minangkabau yang berkembang di Rantau Batang Hari, dengan fokus pada analisis langkah (gerakan) dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Silek Pangian tidak hanya berfungsi sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai medium pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi, melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan pesilat dan tokoh adat, serta analisis audiovisual terhadap gerakan Silek.Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah dalam Silek Pangian memiliki struktur yang khas, menggabungkan prinsip tagak (kuda-kuda), langkah (pergerakan), dan buah (teknik serangan) yang dinamis, serta sarat dengan simbol-simbol alam Minangkabau. Setiap gerakan mengandung makna filosofis seperti keseimbangan hidup (adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah), ketangkasan, dan kehati-hatian. Selain itu, Silek Pangian juga berperan dalam membentuk identitas komunitas dan memperkuat solidaritas sosial di Rantau Batang Hari.
Keyword:Silek,pangian,minangkabau.
PENDAHULUAN
Silek Pangian Rantau Batang Hari merupakan salah satu seni bela diri tradisional Minangkabau yang berkembang di sepanjang aliran Sungai Batanghari, khususnya di wilayah Jambi dan Sumatera Barat. Sebagai bagian dari khazanah budaya Minangkabau, Silek ini tidak hanya berfungsi sebagai sistem pertahanan diri, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, spiritual, dan sosial yang mendalam. Silek Pangian memiliki ciri khas dalam gerakan (langkah), strategi bertarung, dan pendekatan psiko-spiritual yang membedakannya dari aliran Silek lainnya.
Dalam budaya Minangkabau, Silek bukan hanya latihan fisik,tetapi juga tempat pendidikan karakter (adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah). gerakan dalam Silek Pangian Rantau Batang Hari mengambarkan prinsip keseimbangan antara ketangguhan dan kelembutan, kepastian dan kelincahan serta harmoni dengan alam. tetapi seiring perkembangan zaman, Silek Pangian mulai terancam oleh kurangnya generasi dan dokumentasi yang sistematis. ,penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menganalisis (langkah demi langkah) dalam Silek Pangian sebagai usaha untuk melestarikan warisan budaya
Silek Minangkabau merupakan referensi dari kehidupan sosial yang ada di Minangkabau. Silek merupakan Pendidikan yang biasanya diajarkan di surau- surau yang ada di Minangkabau (Meri Rhama Nelly, 2016). Menurut Nadya Wardana (2022) dalam tulisannya Gerakan Silek Harimau memiliki kudo-kudo yang rendah yang bermakna gerakan yang menyatukan dan menyesuaikan dengan alam Minangkabau. Silek dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia memiliki pengertian sebuah olahraga yang berfokus pada ketangkasan membela diri dan menggunakan senjata. Sedangkan Harimau memiliki makna hewan buas yang senang memakan daging dan rendah adalah keadaan yang tidak tinggi dan mendekat ke tanah.
Umumnya, Silek di Minangkabau disesuaikan dengan nama daerah atau tempat aliran Silek itu berkembang, seperti Silek Kumango, Silek Lintau, Silek Sungai Patai, Silek Pangian, Silek Sitaralak, Silek Sugiridiek, Silek Luncua, Silek Koto Anau, Silek Sungai Pagu, Silek Sunua, Silek Pasisia, Silek Bayang, Silek Paninjauan, Silek Pauh, dan Silek Gunuang. Adapun nama aliran Silek yang diambil dari alam adalah Silek Unggan, Silek Gayuang Salacuik, Silek Jantan dan Batino, Silek Balam, Silek Harimau, Silek Rantau, Silek Ulu Ambek, Silek Alang, Silek Sacabiak Kapan, Silek Natal Gajah Dorong, Silek Lamo Alif, Silek Buah Tarok, Silek Buayo Lalok, Silek Ilau ( Djamal, 2001:12)..
METODE
Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan guru Silek dan analisis audiovisual. Data dikumpulkan dari laman(perguruan)Silek pangian rantau batang hari di nagari sungai dareh,kecamatan pulau punjung,kabupatenDharmasraya provinsi sumatera barat. Teknik pengumpulan/ pengambilan data kualitatif pada dasarnya bersifat tentatif karena penggunaannya ditentukan oleh konteks permasalahan dan gambaran data yang mau diperoleh. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif peneliti biasanya diibaratkan sebagai bricoleur(Ummah, 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN