Lihat ke Halaman Asli

Detha Arya Tifada

TERVERIFIKASI

Content Writer

Lika-liku Menuju Garis Finish (Datsun Risers Expedition)

Diperbarui: 31 Januari 2016   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sesampainya di pendulangan intan cempaka, Martapura, Kalimantan Selatan"][/caption]Ingatan kita akan menjadi seorang riser tidak lah cukup berbekal bisa mengemudikan mobil melewati jalanan ekstrem Kalimantan saja, butuh lebih dari itu, butuh lebih dari sekedar semangat dan konsentrasi tinggi, butuh tempat dimana ide-ide yang tersebar ditiap perjalan bisa ditangkap, kemudian dituangkan dalam barisan kata-kata, hingga indahnya potret Kalimantan yang mampu diabadikan oleh bidikan kamera.

Oleh karena pada hari ketiga itu (21/1) selepas menghabiskan sarapan di Meratus Resort, Kecamatan Loksado, Kalimantan Selatan. Riser 3 yang dihuni oleh saya, Harry, serta Fawzy. Kita tak langsung membawa segala barang bawaan kedalam kendaraan yang telah setia menemani kita berpetualang dua hari belakangan, meski Datsun Go+ Panca telah mengalami berbagai macam medan, mulai dari jalanan berbatu, becek, hingga menanjak sekalipun, cipratan tanah yang mulai mengering sengaja tertinggal, dan kita takkan rela menghapus jejak tersebut sampai garis finish bergulir tepat di Kota Banjarmasin.

[caption caption="Go+ Panca beraksi/ dok. pribadi"]

[/caption]Kitapun larut dalam doa, euphoria semangat mengalir diantara kita, seraya berkata “kita yang terbaik, dan kita adalah pemenang.” Hanya saja hal terdengar begitu drama jika hingga ditelinga mayoritas, berbeda halnya ketika mencoba berjuang untuk meraih predikat terbaik dari yang terbaik. This is the judgement day.

[caption caption="Bersiap memasuki Martapura"]

[/caption]Itulah tekat kita, bersatu pula dalam tekat, tarikan gas dengan penuh suka cita turut diperdengarkan, mengabadikan segala hal baik dari sei photografi, videografi, hingga tulisan hampir rangkum dibuat. Kendala sinyal yang tak tersedia memaksa kami melakukan update ditengah-tengah perjalanan didalam Go+ Panca menuju Martapura, yang dijuluki kota intan.

Selama berjam-jam perjalanan mulai nampak gerbang memasuki kota Martapura, hati pun dilanda bahagia, sementara Fawzy mengambil kendali kemudi, Harry yang tepat berada disampingnya dengan sigap memantau jalanan sembari menyempatkan diri untuk tetap aktif bercengkrama melalui smartphone dengan ragam sosial media yang dimilikinya guna semua sanak famili maupun teman sepermainan bisa merasakan frekuensi semangat yang sama dengan yang kita alami. Sementara saya sendiri tetap setia meng-update segala tulisan yang nantinya bisa terposting rapi di Kompasiana. Mungkin inilah yang dinamakan sebuah kerja tim, semua mengambil perannya masing-masing.

Secara sengaja menerapkan strategi yang risers lainnya tak pikirkan, agar kami memiliki peluang besar untuk muncul sebagai pemenang, sebagai oleh-oleh kelak dikemudian hari akan pengalaman indah menjelajahi indahnya Kalimantan Timur hingga Selatan.

Menjadi pemenang bukanlah tujuan utama pada awalnya, namun ketika aroma kompetisi telah merasuki Datsun Risers Expedition, jiwa pemenang dalam diri saya & harry yang sama-sama lahir dari Timur Indonesia, Sumbawa Besar, NTB, otomatis membutuhkan perjuangan yang lebih dari biasanya. Hubungan pertemanan yang terjalin selama bertahun-tahun merupakan jawaban dari kekompakan yang terjalin. Belum lagi semangat jiwa muda dari fawzy yang sedikit bicara ritme yang dimainkan begitu dinamis dan dapat terukur ketika penjelajahan ini diakhiri.

[caption caption="pendulangan intan masih menggunakan alat tradisional"]

[/caption]

[caption caption="merekam jejak di tanah martapura/ dok pribadi"]

[/caption]Mulai dari memasuki area pendulangan intan di desa Pumpung, Kecamatan cempaka, Kota Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan. Rasanya kita sangat beruntung bisa berbicara dengan para pendulang intan, pengalaman mereka mencari intan setiap harinya, dari pagi hingga sore hari dengan hasil yang tak menentu merupakan sebuah energi yang dimunculkan oleh mimpi dan harapan.

Setiap harinya mereka mengharapkan hasil mendapatkan batu berharga berbentuk permata yang berkilau. Bahkan mata pencaharian satu ini telah dilakoni para pendahulu mereka sejak ratusan tahun yang lalu. Pesan yang diselipkan pun nyaris sama, akan harapan memperoleh kehidupan yang layak dari batu-batuan berharga. Sehingga mampu menghidupi keluarga mereka, berjalan maju menjauhi garis kemiskinan.

[caption caption="sejenak bercengkrama dengan lelah/ dok. pribadi"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline