Lihat ke Halaman Asli

Desak Made Dinar Indraswari

Mahasiswa S-1 Teknik Biomedis Universitas Airlangga

Memasak sebagai Strategi Coping Stress Anak Kos

Diperbarui: 12 April 2024   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang wanita muda memasak dengan ekspresi bahagia (Ilustrasi : www.iStockphoto.com)

Anak kos merupakan individu yang rentan mengalami gangguan psikologis salah satunya yaitu stres. Stres pada kalangan anak kos disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres akademik, permasalahan internal organisasi, pertemanan, keuangan, kerinduan dengan kampung halaman, dan lain sebagainya. Efek samping stres tidak jarang memunculkan ide, rencana, dan tindakan yang membahayakan nyawanya.

Sesungguhnya untuk mengatasi stres dan mengalihkan diri dari tindakan yang tidak diinginkan, berbagai strategi coping dapat dilakukan oleh anak kos salah satunya adalah memasak. Proses memasak membutuhkan fokus, kreativitas, dan feeling agar menghasilkan makanan yang enak. Ketika memasak, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin yang berperan dalam mengatur suasana hati, keseimbangan emosi, dan mengurangi tegangan akibat tekanan psikis. Sehingga, anak kos dapat memblokir gangguan penyebab stress yang dialaminya.

Penelitian yang diterbitkan The Journal of Positive Psychology, sejumlah 658 mahasiswa diminta untuk mencatat aktivitas dan keadaan mental mereka selama 13 hari. Setelah melakukan kegiatan kreatif seperti memasak resep baru, subjek melaporkan kalau mereka merasa lebih antusias dan positif daripada biasanya. Dapat disimpulkan bahwa memasak dapat menjadi sebuah aktivitas terapi yang bermanfaat, yang memungkinkan anak kos dapat mengurangi hormon stress secara relatif dan mencegah tindakan yang tidak diinginkan.

Tanpa disadari memasak menjadi salah satu langkah penyelesaian dari faktor pemicu stres itu sendiri khususnya permasalahan finansial. Anak kos bisa menghemat pengeluaran untuk makan sehari-hari dengan mememasak makanan sendiri, sehingga tidak ada istilah akhir bulan hanya minum obat magg. Memasak juga mendorong kreativitas anak kos untuk mengolah makanan yang sederhana menjadi istimewa di lidah. Makanan yang di masak sendiri juga lebih terjamin kebersihannya.

Dilain sisi, beberapa pandangan anak kos mengganggap memasak adalah kegiatan yang melelahkan, memakan waktu, dan menyulitkan diri. Sehingga, memutuskan untuk makan makanan instan, kurang bernutrisi, bahkan ada yang tidak makan karena kekurangan finansial.

Sesungguhnya, ada strategi memasak yang perlu diketahui oleh anak kos yaitu memanfaatkan waktu libur setiap minggu untuk pergi berbelanja bahan makanan ke pasar, hitung-hitung mencari udara segar dan suasana baru. Anak kos dapat membuat meal prep sederhana seperti tahu, tempe, telur, daging atau bahan-bahan lainnya yang mudah diolah, aman di kantong, dan nikmat diolah dengan bumbu apapun.

Tips selanjutnya yaitu memilih menu yang simple, tidak membutuhkan banyak bumbu, dapat disajikan dalam waktu singkat, dan tidak membutuhkan banyak bahan. Seperti membuat tempe tahu ungkep, lauk dengan bumbu saos tiram, tumis kangkung, sop daging, terong goreng dan lain sebagainya. Sehingga saat waktu sibuk sekalipun, anak kos bisa menyempatkan diri untuk memasak dan makan masakan nikmat dan sehat. Ketika hasil memasakan lezat maka stress pun hilang dan membangkitkan mood untuk beraktivitas.

Tips lainnya memasak sebagai coping stress anak kos yaitu anak kos dapat membuat stok bumbu dasar, yang terdiri dari cabai merah besar, bawang putih, dan bawang merah. Berbagai resep sederhana bumbu dasar ini bisa di telusuri di internet. Dengan bumbu dasar ini berbagai macam olahan masakan bisa dibuat dan anak kos bisa mengobati kerinduannya dengan kampung halaman.

Perlu digaris bawahi bahwa memasak memang dapat dijadikan strategi coping stress namun bukan berarti anak kos tidak boleh makan di restaurant. Anak kos dapat sesekali makan di restaurant sembari berbincang dengan teman. Poin pentingnya adalah bagaimana seorang anak kos dapat menikmati hidup dengan batasan sehingga kedepannya tidak merugikan dirinya sendiri maupun keluarga di kampung halaman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline