Adakah engkau disana sepertiku
Memasuki dunia hayalanku yang mencaci
Aku berhayal berduaan dengan mu
Dimana aku dapat tertawa bersamamu
menggenggam tanganmu
Aku tidak istimewa ...
Aku hanya lelaki biasa.
Terkadang meronta dalam gerimis
Berharap mencinta dalam senja.
Selalu menatapmu dengan kagum dan
Mendoakanmu dalam sunyiku.
Aku tidak istimewa... aku lelaki sederhana
Yang ridu mendekap bulan di puncak gunung
Aku yang berdarah mencintaimu tapi
Dia yang kau puji dengan gempita.
Sekarang aku tahu, bagimu fisik
Dan dompet penentu dalam cinta
Sementara ketulusanku adalah lelucon
dari sekian lakon parodi jenaka
Seperti yang ku katakan seperti apapun
Aku berdandan memoles diri
Aku hanya lelaki biasa ...
lelaki pemuja singkong
Tidak mengapa kau membuang muka ...
Saat berpapasan pandang
Aku sudah terbiasa tersakiti.
Mungkin aku yang terlalu memuja harapan.
Karena itu sengaja ku tulis puisi ini tak berima.
Biar tak teratur.
Tak bermakna
Seperti aku yang hancur.
Seperti hujan malam menguyur.
Seperti bunyi geledek lelah
Aku hanya lelaki biasa ... penikmat singkong
Yang belajar menyulam mimpi
Merangkai rindu dalam aksara bisu
Mendobrak Asa dalam kelamnya malam.
DM
Sikumana,020620