Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Membaca-ulang Pascakolonialisme: Kritik Teori dan Implikasi Metodologis

Diperbarui: 18 April 2023   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan bangsawan dan budak kulit hitam, karya Vicente Alban. Sumber:https://blantonmuseum.org

Sebuah Awal(-an) 

Dalam kritiknya terhadap kajian pascakolonial (postcolonialism), Sheshadri-Crooks (2005: 145-146) menjabarkan:

...kajian pascakolonial, terlepas dari ambiguitas objek kajiannya...seperti halnya setiap wacana revisioner lainnya, ia menjadi melankolis terkait kekuasaan barunya dan inkorporasinya ke dalam institusi pendidikan tinggi. 

Kondisi melankolis ini berasal bukan hanya dari keprihatinan para pakar pascakolonial bahwa melembagakan kritik imperialisme bisa mengubahnya menjadi berdamai, tetapi juga dari beberapa faktor penting lainnya, seperti tempat mereka berbicara (Negara Dunia Pertama, yang mengimplikasikan mereka dalam problematika neo-kolonialisme).

... kriteria mereka terhadap legitimasi-diri secara politik (yakni, ketidakmungkinan untuk merepresentasikan Dunia Ketiga sebagai pendukung anti-imperialis, terutama dalam menghadapi kemunduran sosialisme), serta ketidakberanjakan mereka sebagai kekuatan oposisional positif bagi perubahan kurikulum di dalam perguruan-perguruan tinggi (Amerika dan Inggris)...

Melankolia pascakolonialisme juga berasal dari fakta bahwa saat ini, ia menghadapi kritik besar dari dalam yang menyerang legitimasi awal dan keberlansungan politisnya (Sheshadri-Crooks, 2005: 145-146)

Sebagai sebuah kajian, pascakolonialisme merupakan proyek menjadi di mana beragam perspektif teoretis terkait kondisi psiko-kultural masyarakat pascakolonial "bersaling-silang" dalam wujud mengkritisi dan melengkapi untuk menjadikannya sebuah disiplin, meskipun proyek tersebut seringkali diwarnai dengan "suara-suara anti-disiplin". 

Ke-anti-disiplin-an pascakolonialisme, seperti halnya cultural studies, merupakan sebuah perjuangan untuk meramu, mendialogkan, menyandingkan, dan mereformulasikan beberapa karakteristik kajian, khususnya Marxisme dan pascastrukturalisme, untuk kemudian mendudukkannya sebagai sebuah disiplin yang bisa diterima dalam ranah akademis. 

Dengan rumus itulah, kajian pascakolonial meraih ketenaran yang fenomenal di institusi-institusi akademis elit di Amerika Serikat dan Eropa. Masuknya pascakolonialisme sebagai bidang kajian di institusi-institusi akademis Negara Pertama itulah yang menyebabkan melankolia, "kemurungan akademis". 

Pemerintah kolonial Inggris dan warga India. Sumber:https://microform.digital

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline