Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Hari Puisi Nasional dan Dilema Antara Terinspirasi dengan Kegagalan Ekspektasi

Diperbarui: 28 April 2020   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi. Gambar: via Gramedia.com

Setiap bulan hampir selalu ada hari yang dirayakan. Seperti di bulan April ini yang banyak momen peringatan, seperti Hari Kartini, Hari Bumi, hingga Hari Puisi.

Bahkan, jika nanti covid-19 lenyap dari bumi, pasti masyarakat dunia juga akan menetapkan antara hari awal mula atau hari terakhir eksistensinya corona sebagai Hari Corona se-Dunia. Tidak salah, memang begitulah kita saat ini. Alarm people.

Dari sekian hari peringatan, kebanyakan adalah hari-hari yang memberikan kita sentilan terhadap dua hal, inspirasi dan ekspektasi. Siapa yang tidak ingin terinspirasi oleh Raden Ajeng Kartini, Joko Pinurbo, Stephen King, Glenn Fredly--masih turut berduka untuknya, dan lainnya?

Kita pasti memiliki role model. Namun, apakah kita berhasil (sedikit) menyerupainya?

Tentu pertanyaan ini sulit dijawab. Hanya orang-orang yang sangat sering becermin yang dapat menilai dirinya, walau itu juga belum tentu akurat.

Terinspirasi bukanlah suatu hal yang memalukan, karena selama hidup pasti kita akan melalui proses meniru. Harus ada contoh dulu, agar apa yang kita lakukan tidak terlalu salah.

Seperti saat kita belajar matematika, tentu harus ada contoh untuk menyelesaikan soal dengan rumus yang seharusnya. Hal ini juga berlaku di bidang lainnya.

Ketika pertama kali masuk kerja, kita pasti harus menemukan contoh dalam menunaikan pekerjaan yang sudah dibebankan oleh atasan. Bahkan, atasan yang baik akan memberikan contoh langsung maupun memberitahukan siapa figur di tempat kerja yang patut ditiru.

Tujuannya bukan untuk membuat kita inferior, namun untuk tahu koridor. Jika seseorang hanya pernah menulis cerpen lalu ingin menulis naskah teater, pasti dirinya perlu melihat contoh naskah teater untuk memberikan gambaran perbedaan dan cara menulis naskah teater.

Jika orang tersebut tak pernah membaca naskah teater, bagaimana mungkin dirinya dapat menulis naskah teater?

Hal ini juga sangat berlaku bagi seseorang yang ingin menulis puisi. Tentu dirinya harus pernah membaca karya tulis yang berjenis puisi. Jika tidak, maka mustahil bagi dirinya dapat menulis puisi, apalagi berani menetapkan tulisannya sebagai puisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline