Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Catatan BM Diah, Seputar Lahirnya Proklamasi 17 Agustus 1945

Diperbarui: 31 Oktober 2017   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir November 2017, Penerbit Buku "Yayasan Pustaka Obor," milik almarhum Mochtar Lubis, wartawan kawakan Indonesia, akan menerbitkan buku rekannya sesama wartawan kawakan Burhanuddin Mohammad (BM) Diah, berjudul: "Catatan BM Diah Seputar Lahirnya Proklamasi 17 Agustus 1945."

Sudah tentu kita akan diajak mengenal sosok BM Diah sebagai seorang pemuda waktu sebelum Proklamasi Kemerdekaan mendirikan dan mengetuai sebuah organisasi bernama "Angkatan Baru '45."Bagaimana semangat pemuda-pemuda yang dipimpin BM Diah untuk segera mendesak Soekarno-Hatta, segera memerdekakan bangsa dan negara Republik Indonesia ini.

Penerbitan buku ini, tidak jauh berselang dengan Hari Pahlawan 10 November 2017 yang ingin menggarisbawahi bahwa setelah membaca buku ini, kita merenung sejenak, bahwa BM Diah patut pula dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional.

BM Diah telah 21 tahun meninggalkan kita. Senin, 10 Juni 1996, pers Indonesia digayuti awan hitam. Pers Indonesia berkabung dengan perginya seorang tokoh pers, sekaligus angkatan muda di masa revolusi, Burhanudin Mohamad Diah (79) atau namanya yang sering disingkat BM Diah.

Lahir di Kotaraja, Aceh, yang sekarang bernama Banda Aceh, pada 7 April 1917. Harian Merdeka yang terbit pada hari duka itu, khusus di halaman Dr.Clenik yang sering ditulis BM Diah, diwarnai tinta hitam,sebagai tanda turut berkabung.

Harian Republika, edisi Selasa, 11 Juni 1996 membuat judul: Wartawan Pejuang itu telah Tiada. Di sana dipaparkan pula kesedihan keluarga BM Diah, isteri BM.Diah, Herawati Diah dan tiga anaknya Adyaniwati Tribuana Said, Nurdianawati W.Rohde, dan Nurman Diah.

Seiring dengan wafatnya BM Diah, perjalanan Harian Merdeka ikut terseok-seok dan kemudian tenggelam. Kini tidak ada lagi kop surat kabar berlogo merah darah, yang boleh dikatakan tidak bisa lepas dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Ia terbit pada tanggal 1 Oktober 1945, hanya satu setengah bulan setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Terbit pada saat bangsa Indonesia tengah berjuang merebut periuk nasinya sendiri dari tangan penjajah, pada saat suatu bangsa tengah berusaha menegakkan suatu negara republik yang bernama Indonesia.

Buat saya, mengingat BM Diah samalah artinya mengingat perjalanan jurnalistik pertama di Kelompok Penerbitan Merdeka, Majalah Topik (Redaktur Pelaksana) dan Harian Merdeka (Redaktur Luar Negeri).

Pada saat saya sebagai Redaktur Luar Negeri Harian Merdeka, selain menyelesaikan tugas rutin sehari-hari, saya berhasil pula menyusun buku "Butir-Butir Padi B.M.Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992)."

Wajah BM Diah ceria sekali ketika saya menyelesaikan buku tersebut. Buku ini selesai, saat BM Diah memasuki usia 75 tahun. Peluncuran buku ini diselenggarakan pada Ulang Tahun Harian Merdeka ke-47 dan Indonesian Observer ke-37 dan diperingati di Grand Hyaat Hotel, Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline