Lihat ke Halaman Asli

dusta yang dimaafkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ingat Ingat tanggal 16 Desember, Pengkhianatan berdarah dan Hujatan Batin. . Aku tau betul mengapa Pengkhianatan berdarah ini begitu menyiksa .. Ini menodai batinku yang tak mampu sesungguhnya melakukan ini, aku terhanyut dalam kenyamanan hingga merusak semuanya .. sesalku Mengalun seperti lagu yang sering ku dengarkan, Mengalun dan terus mengalun membuat melodi keperihan batin , melalui telinga masuk ke lubuk hati dan terpatri oleh air mata melalui logika.. Mengapa aku tak mampu menjadi diriku sendiri? Mengapa ketika aku yakin ingin melepas semuanya , dia menorehkan suatu kata yang membuat aku tepaku dan terhenti untuk percaya aku mampu melepas topengku ... Kesakitan nada pembunuhan tak boleh dilupakan, Tapi bagaimana dengan Orangnya? AKu tau Namanya, Tapi siapakah dia sesungguhnya? Orang seperti apakah dia?

Kita disuruh mengingat apa yang telah dilakukannya, Bukan Orangnya...

Karna manusia bisa gagal, Dia bisa tertangkap, Dia bisa terbunuh, dan Terlupakan.

AKu melihat dari awal, bagaimana dahsyatnya sebuah pemikiran, Tapi aku tak bisa mencium pemikiran, tak bisa memeluknya, tak bisa menggenggamnya, bahkan tak bisa menyentuh pemikiran tersebut .

Pemikiran tidak berdarah, Mereka tidak merasakan sakit, mereka tidak punya Cinta .. Lantas mengapa Diskriminatif terhadap mereka yang melahirkannya? Dan bukan pemikiran yang aku rindukan, atau bahkan apa yang telah ia lakukan yang selalu aku harapkan, Tapi seorang Pria , Pria dibaliknya . .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline