Hari terakhir pendaftaran Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) Pemilu 2019, terdapat kejutan yang sangat dimungkinkan dalam dunia politik. Setidaknya ada dua hal yang menarik perhatian publik terkait caleg dari PDI Perjuangan.
Adalah, majunya pengacara Habib Rizieq Shihab (HRS), Kapitra Ampera, sebagai caleg dari PDI Perjuangan. Selain itu, pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Yusuf Supendi yang juga menjadi caleg dari partai berlambang banteng itu.
Majunya dua orang yang selama ini dikenal berasal dari kelompok yang memusuhi PDI Perjuangan bukanlah tanpa alasan. Mereka tentunya telah memiliki penilaian rasional sendiri.
Seperti misalnya, Kapitra Ampera menjadi caleg karena adanya dialog PDI Perjuangan dengan masyarakat Sumatera Barat yang menghendaki adanya jembatan untuk calon dari Sumbar di Pemilu 2019. Oleh karena itu, Kapitra Ampera kemudian dipilih untuk menjadi salah satu caleg partai pemerintah di wilayah tersebut.
Sementara itu, Yusuf Supendi 'melompat' menjadi caleg PDI Perjuangan karena karena memahami dan setuju dengan ideologi nasionalisme religius a la Pancasila 1 Juni 1945.
Selain itu, Yusuf Supendi yang merupakan generasi pertama PKS memilih PDI Perjuangan karena berbagai riset menunjukkan bahwa 70 persen pemilih partai itu adalah kaum santri dan muslimin yang taat.
Hadirnya dua orang dari latar belakang yang berbeda itu pun menambah warna pada PDI Perjuangan. PDIP terbuka untuk semua kalangan. PDIP sendiri sangat menyambut, inisiatif semua tokoh yang mau berdialog dan bekerja sama membangun bangsa.
PDI Perjuangan hingga saat ini terus membangun jati dirinya sebagai rumah kebangsaan untuk Indonesia Raya, sehingga mereka yang bergabung dan menyatakan PDIP sebagai partai yang berdiri kokoh dengan Pancasila, maka dialog kebangsaan itu sangat penting dilakukan.
Inilah wujud perjuangan politik yang berkeinginan menjunjung tinggi keluhuran cita-cita. Sekat golongan hanyalah jalan, sedangkan kemajuan dan kebaikan bangsa adalah tujuan akhirnya.