Lihat ke Halaman Asli

Daniel Mashudi

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Meraba Urat Nadi Juwana

Diperbarui: 19 Oktober 2019   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Juwana. Kecamatan ini berada persis di sebelah timur kota kelahiranku, Pati. Dari alun-alun Pati menuju alun-alun Juwana, perjalanan ditempuh selama hampir setengah jam melalui Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels yang mengular dari ujung barat ke ujung timur Pulau Jawa.

Meski hanya berjarak belasan kilometer saja dari Pati, aku tidak terlalu banyak mengenal seluk-beluk Juwana. Aku memang pernah satu-dua kali melintas, namun yang aku kenal tentang Juwana sebatas sungai, pelabuhan, dan ikan laut hasil tangkapan nelayan Juwana, atau teman-teman sewaktu aku mengenyam pendidikan  SMP dan SMA di Pati tahun 90-an dulu. 

Aku punya banyak teman dari Juwana. Muhar, Triyani, Lolita, Suci, Hawan, Retno, dan banyak lagi. Umumnya, teman-teman dari Juwana ini memiliki karakter pejuang keras. Selain itu, mereka juga memiliki kekompakan yang baik.

Hingga akhirnya pada akhir September lalu, ada sebuah keperluan yang membuatku tinggal di Juwana selama dua pekan. Kesempatan ini aku pakai untuk mengenal lebih dalam tentang daerah yang banyak dikenal orang sebagai penghasil ikan bandeng ini.

dok. pribadi

Wujud ikan bandeng jugalah yang dipakai sebagai salah satu tengara di pusat Juwana. Sebuah tugu dengan tiga patung bandeng berada di sisi timur alun-alun Juwana. Baik tugu maupun alun-alun tersebut berada di tepi Jalan Raya Daendels.

Alun-alun Juwana tak begitu luas, sekira setengah lapangan sepakbola saja. Saat siang hari, suasananya relatif sepi. Namun di malam hari, para pedagang kuliner memenuhi alun-alun dan sekitarnya. 

Ada angkringan, ikan bakar, nasi goreng, dan bermacam kuliner lainnya. Aku sempat beberapa kali menikmati kuliner di alun-alun ini. 

Dari sekian banyak kuiner, favoritku adalah bandeng bakar yang ada di Juwana Town Caf. Di kafe ini aku juga sempat menikmati kopi Jolong dengan cita rasa robusta yang khas.

Bergerak dari alun-alun ke arah timur, ada sebuah jembatan yang melintasi sungai besar, yakni Sungai Silugonggo atau yang disebut juga Sungai Juwana yang mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. 

Dari jembatan ini bisa dilihat kapal-kapal penangkap ikan berukuran besar higga 100 GT yang sedang berlabuh di sepanjang tepi Silugonggo.

Silugonggo menjadi pusat aktivitas nelayan-nelayan Juwana. Tempat-tempat seperti galangan kapal, pelabuhan, dan TPI (tempat pelelangan ikan) bisa ditemui di tepi bengawan ini, bukan di pesisir pantainya. Silugonggo bagai urat nadi yang menghidupi Juwana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline