Lihat ke Halaman Asli

Kamaruddin Azis

TERVERIFIKASI

Profil

Inovasi "Pelan Itu Bagus" yang Inspiratif dari Pinrang

Diperbarui: 13 Juli 2018   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Kelangkaan pasokan daging sapi yang dialami saban tahun adalah tantangan sekaligus peluang bagi Pemerintah Daerah untuk kreatif. Awal tahun ini, Pemerintah mencatat kebutuhan daging sapi dalam negeri mencapai 663 ribu ton sementara prediksi produksi di tahun yang sama sekitar 400 ribu ton saja.

Sebuah ironi di tengah realitas bahwa Indonesia mempunyai hamparan lahan peternakan nan luas. Demikian pula jumlah peternak yang mencapai 4 juta jiwa. Ada gap sengit antara kebutuhan dan kemampuan produksi. Faktanya, kebutuhan daging sapi nasional baru terpenuhi 60,9% dari daging sapi dalam negeri.

"Itu yang menjadi alasan mengapa Pemerintah Kabupaten Pinrang masuk ke isu peternakan dan perbaikan layanan publik ini," kata Bupati Dr. Andi Aslam Patonangi saat ditemui di Kantor KemenPANRB, (11/7).

Aslam ada di sana untuk mempresentasikan sekaligus menjawab pertanyaan panelis terkait program inovasi pelayanan publik peternakan 'Pelan Itu Bagus' yang diapresiasi Pemerintah Pusat melalui kompetisi Top 99 yang ditangani Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB), (11/7).

Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi atau disingkat 'Pelan Itu Bagus' adalah inovasi pelayanan publik andalan Dinas Pertanian dan Peternakan, dari kabupaten di ujung utara Sulawesi Selatan yang lolos sebagai Top 99.

Mengapa 'Pelan itu Bagus'?

Dengan luas wilayah 1961,77 persegi Pinrang mempunyai peluang besar. Terdapat hamparan penggembalaan yang sangat luas. Jumlah ternak sapi di Pinrang hanya ada sekitar 25 ribuan. Angka yang cukup kecil untuk lahan sedemikian luas.

"Di sisi lain, Pemerintah kita masih mengimpor karkas 800 ribu ton pertahun," sebut Aslam. Karkas adalah bagian dari ternak setelah disembelih, terdiri dari daging dan tulang, tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan.

"Masak ndak bisa substitusi dengan peningkatan produksi?" tanyanya. Maksudnya, seharusnya ada cara untuk mengisi gap itu dengan inovasi di bidang peternakan.

"Kami melihat peluang besar untuk mengisi gap itu, memaksimalkan potensi sumber daya alam. Yang kami lakukan adalah memperbaiki pelayanan di bidang peternakan untuk menopang suplai daging ternak sapi nasional melalui inseminasi buatan (IB)," katanya optimis.

"Untuk itulah inovasi 'Pelan Itu Bagus' ini didorong. Kami yakin inovasi IB ini tak hanya menawarkan kebaruan tapi kepedulian pada kepentingan bangsa. Tentu dengan dukungan teman-teman di Dinas Pertanian dan Peternakan dan aparatur lainnya. Tidak main-main, mereka tongkrongi selama 21 hari masa birahi sapi," katanya dengan senyum menyungging.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline