"Jadi tidak sekadar inseminasi buatan tapi kesungguhan untuk memantau situasi ternak, apakah tidak ada gangguan reproduksi, apakah ada penyakit, perlu tidaknya disuntik hormon, termasuk mengecek birahi tidaknya. Kalau birahi lagi, berarti harus diinseminasi kembali," papar Aslam.
Apa yang dijalankan oleh satuan kerjanya di Pinrang merupakan refleksi pengalokasian sumber daya daerah untuk mendukung inovasi dan niat luhur membangun bidang peternakan nasional.
"Kami alokasikan sumber daya manusia yang kompeten, penguatan peternak, kami anggarkan APBD untuk ide ini, hasilnya dapat dilihat dari capaian tahunan. Di tahun 2016 kami peroleh 300-an lebih sapi dari program ini, tahun 2017 ada seribu ekor lebih. Hasilnya sudah kelihatan," tambahnya.
"Terkait peternakan ini kan persoalan klasiknya karena kita kurang kompetitif. Perlu intervensi teknologi dan tentu saja inovasi," ucapnya.
Kalau berharap penambahan populasi dari grazing saja tidak cukup. Itupun banyak kendalanya seperti anak sapi yang kerdil atau cacat," tambahnya.
KeistimewaanÂ
"Untuk menjamin keberlanjutannya, kita perkuat kelompok. Mereka juga ikut berkontribusi seperti pada dukungan IPR atau Instalasi Pemeliharaan Rakyat, kandang jepit, lahan dan ternak. Kami juga bekerjasama dengan Balai Latihan Ternak Bogor, Jawa Barat, yang berada di bawah Kementerian Pertanian," imbuhnya.
"Jadi inovasi ini lahir dari kolaborasi dan berjalannya mekanisme kerjasama teknis dan manajemen," tegasnya.
"Kami menyadari bahwa meski Pinrang mempunyai padang penggembalaan sangat luas namun kapasitas sumber daya manusia, dalam hal ini pertenak juga perlu mendapat perhatian, makanya kami juga dorong teaching farm. Metode sharing dan evaluasi bersama," imbuhnya.
Aslam menyatakan bahwa pendekatan sistem berkelompok bidang peternakan akan memberikan banyak manfaat.
"Dengan inseminasi buatan, dengan penanganan ternak yang baik kita bisa dorong juga dusun atau desa mandiri energi. Atau paling tidak, pupuk kandang. Dengan instalasi tambahan kita bisa hasilkan biogas atau substitusi pupuk organik, bisa urea, KCL atau ZA," imbuhnya.