Lihat ke Halaman Asli

Nur Terbit

Pers, Lawyer, Author, Blogger

Pengalaman Belanja di Media Sosial

Diperbarui: 31 Desember 2016   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belanja di media sosial (foto Nur Terbit)

 

Maaf Pak, ini rumah ibu Ita?

Iya betul, saya pamannya, ada apa ya?

Ini ada barang pesanan dari Ibu Ita, tolong bapak terima dan tanda tangan di kertas bukti tanda terima barang ini.

Baik..

Begitulah dialog saya dengan petugas kurir, pengantar barang pesanan ponakan saya Ita, yang dia beli melalui media sosial secara online. Begitu mudahnya bertransaksi. 

Ironisnya, ini saya alami sendiri justeru ketika pulang kampung ke Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Artinya bisnis dan belanja online ini sudah begitu familiar di kalangan keluarga Indonesia. Bulkan hanya masyarakat perkotaan di Jakarta, tapi juga sudah merebak ke penjuru Nusantara, termasuk ponakan saya di daerah yang jauh dari ibukota.

Lain lagi pengalaman istri teman saya. Dia dulunya aktif menulis di blog. Setelah berumahtangga dan punya anak yang harus diurus, kesibukannya menulis di blog mulai berkurang. Berganti dengan kesibukan baru. Dia memanfaatkan hobi dan jaringannya sebagai wadah untuk memasarkan usahanya. Ya, istri teman saya tadi membuka usaha di dunia maya, yakni bisnis online. 

Semua anggota jaringan pertemanannya di media sosial lalu dihubunginya. Pokokmya semua follower-nya deh jadi pangsa pasarnya. Mulai pertemanan di Facebook, Twitter, Instagram hingga Path. 

Perlu sedikit informasi, bahwa istri teman tadi sebenarnya tidak memilik usaha konfeksi, atau bengkel usaha seperti layaknya pengusaha UMKM. Dia hanya menawarkan produk orang lain kepada follower-nya di media sosial. Memajang foto "mata dagangan"-nya di media sosial. Jika sudah ada yang berminat, barulah dia membeli sesuai pesanan pelanggan secara grosiran. Gak jauh-jauh juga belanjanya. Dekat koq di Pasar Tanah Abang, Pasar Pagi Mangga Dua Jakarta.

Sungguh di luar dugaan. Usaha online-nya hingga sekarang sudah berhasil. Kalau biasanya menggunakan kurir untuk mengantarkan barang pesanan pelanggan, beberapa kali dia yang langsung membawanya ke konsumen. Tidak hanya di dalam kota dalam satu provinsi tempat domisilinya, dia bahkan mengawal barang pesanan langganannya hingga keluar negeri. Misalnya ke Malaysia, Singapura, terbanyak di Brunei. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline