Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Melihat "Perjodohan Nemo" di Balai Perikanan Budidaya Laut, Batam

Diperbarui: 21 Juli 2017   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.| Dokumentasi Pribadi

Sebelum Minggu (16/7), saya tidak pernah menyangka kalau di sekitar Jembatan Tiga Barelang, Batam, Kepulauan Riau, ada Balai Perikanan Budidaya Laut yang lumayan besar, lengkap dengan kantor dan perumahan untuk para pegawai yang bernaung dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Tak tanggung-tanggung, ada 40 rumah dengan penghuni sekitar 100 orang.

Sebelumnya, saya mengira jika bangunan-bangunan di sekitar Jembatan Barelang itu hanya berupa rumah/kedai yang tidak permanen, lengkap dengan kebun pisang dan buah naga. Paling banter restoran-restoran seafood atau kelong yang kerap menjadi tujuan para wisatawan yang sedang berkunjung ke Batam.

Gerbang masuk Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.| Dokumentasi Pribadi

Namun ternyata di lokasi yang cukup jauh dari pusat kota itu terdapat tempat budidaya ikan laut yang patut dibanggakan. Selain menjadi salah satu tujuan studi banding berbagai instansi di Indonesia, juga menjadi salah satu andalan pemasok bantuan benih ikan bagi para nelayan, mulai dari nelayan-nelayan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau hingga nelayan-nelayan di beberapa wilayah Indonesia.

Tak hanya benih ikan, Balai Perikanan Budidaya Laut Batam juga menjadi salah satu andalan penghasil ikan laut untuk konsumsi. Ada banyak deretan Keramba Jaring Apung (KJA) yang menjadi tempat untuk membudidayakan ikan-ikan bergizi yang super lezat. Hampir seluruh restoran dan kelong di sekitar Jembatan Barelang menjadi pembeli utama ikan-ikan laut konsumsi hasil budidaya balai perikanan tersebut.

Gerbang masuk Balai Perikanan Budidaya Laut Batam sekitar 400 meter dari Jembatan Tiga Barelang.| Dokumentasi Pribadi

KJA tersebut berderet rapi di tengah laut diantara Pulau Setokok dan Pulau Akar. Sayang karena sudah terlalu sore, saya tidak sempat berkeliling melihat secara langsung KJA tersebut. Saya hanya melihat dari atas, sambil menimbang-nimbang ada berapa banyak ton ikan yang sedang tumbuh di keramba tersebut.

Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.| Dokumentasi Pribadi

Melihat Beragam Ikan Hias Penuh Warna

Kunjungan ke Balai Perikanan Budidaya Laut Batam sebenarnya bonus. Akhir pekan lalu saya dan suami sebetulnya hanya berniat bersilaturahim ke salah satu rekan yang tergabung di salah satu komunitas. Namun karena perumahan dan tempat budidaya tersebut masih satu kawasan, akhirnya setelah puas berbincang kami diajak rekan tersebut untuk berkeliling.

Tempat budidaya tersebut tepat berada di sebrang kantor Balai Perikanan Budidaya Laut Batam. Hanya saja tempatnya agak sedikit di bawah. Ada beberapa deret tangga yang harus kita lalui. Tempat budidaya tersebut dibuat terpisah-pisah, ada tempat untuk si induk, benih, hingga ikan kecil. Saat kesana kami sempat melihat induk ikan kakap putih yang ukurannya sangat besar. Saya sampai mewanti-wanti anak saya berkali-kali untuk tidak mencelupkan jarinya ke air, takut digigit.

Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.| Dokumentasi Pribadi

Namun diantara semua ikan yang kami lihat, yang paling menarik adalah melihat ikan-ikan hias yang berwarna-warni. Saat kami masuk ke ruangan untuk pembudidayaan ikan hias, kami seperti masuk ke toko akuarium. Ada banyak kotak-kotak kaca yang berisi ikan penuh warna.

Diantara kotak-kotak kaca tersebut, ada beberapa bak-bak bulat besar berwarna biru. Bak-bak itu juga berisi beberapa jenis ikan, salah satunya clownfish/ikan badut --atau sejak film Finding Nemobooming dikenal juga dengan nama ikan Nemo. Ikan pada bak biru tersebut dipisahkan dua-dua di dalam setiap penyaring. Saya sempat bertanya mengapa harus dipisahkan seperti itu. Ternyata katanya untuk dijodohkan agar mereka bisa bertelur.

Clownfish yang dijodohkan dua-dua di bak biru. | Dokumentasi Pribadi

Selain di bak biru, beberapa clownfish juga ada yang dipisahkan dua-dua di dalam akuarium. Saat melihat hal itu saya juga kembali bertanya, mengapa hingga harus dua kali dijodohkan sepasang-sepasang. Teman yang bekerja di balai pembudidayaan tersebut mengatakan, perjodohan pertama dilakukan untuk mempertemukan kedua ikan badut --untuk melihat apakah kedua ikan tersebut bisa cocok atau tidak, bisa bersama-sama sebagai pasangan atau tidak. Terkadang ada juga yang tidak cocok dan saling mencakar, hingga akhirnya kembali dipisahkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline