Lihat ke Halaman Asli

Ignasia Kijm

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Indonesia Menuju Ekonomi Unggul bersama UMKM

Diperbarui: 3 Agustus 2019   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UMKM berpotensi menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. (sumber foto: www.instagram.com/duanyam)

Prioritas pembangunan melalui UMKM diharapkan menjadi instrumen  ekonomi yang berkeadilan. Dengan demikian mampu memberikan kesejahteraan yang lebih merata.

UMKM merepresentasikan 99,99% pelaku usaha tanah air. Kesejahteraan yang lebih merakyat. Konsekuensi tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang membawa harapan yang cukup besar. Saat ini terbukti kemajuan teknologi mampu mengantarkan sebagian masyarakat, terutama kalangan millenial mengembangkan profesi yang sebelumnya tidak ada. Mereka cukup memanfaatkan gadget dalam menjalankan bisnisnya.

Kontribusi UMKM berpotensi tinggi karena populasinya yang cukup besar, sebanyak 62,92 juta pelaku usaha berdasarkan data tahun 2017. Rinciannya, 62,10 juta usaha mikro, 757.090 usaha kecil, dan 58.627 usaha menengah. Sementara itu data tahun 2016 menunjukkan terdapat 61,65 juta UMKM. Rinciannya, 60,86 juta usaha mikro, 731.047 usaha kecil, dan 56.551 usaha menengah. Mereka berpotensi melakukan gerakan yang membuat perekonomian Indonesia tumbuh.

UMKM patut dipertimbangkan untuk menjadi penopang perekonomian. Total penyerapan tenaga kerja pada 2017 sebanyak 120,26 juta yang terdiri dari 107,23 juta usaha mikro, 5,7 juta usaha kecil, dan 3,73 juta usaha menengah. Sementara itu total penyerapan tenaga kerja pada 2016 sebanyak 116,27 juta yang terdiri dari 103,83 juta usaha mikro, 5,4 juta usaha kecil, dan 3,58 juta usaha menengah.

UMKM memiliki pangsa pasar yang sangat besar di Indonesia, terutama UMKM yang berorientasi ekspor. UMKM diharapkan bisa memproduksi barang substitusi impor yang selama ini memberatkan neraca dagang yang masih menjadi PR besar pemerintah.

Kaum millenial optimis memandang masa depan dan mengembangkan pilihan profesi yang sangat beragam, kreatif dan terkesan santai tapi produktif. Hal tersebut terjadi karena mereka  sangat akrab dengan teknologi informasi yang menjadi lifestyle sekaligus profesi. Pada 2014 jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 1,65%. Angka tersebut jauh dari Malaysia (5%) dan Singapura (7,2%). Seiring dengan perkembangan teknologi, pertumbuhan wirausaha baru meningkat sangat signifikan.

Pada 2016 rasio kewirausahaan Indonesia mencapai 3,1% yang melampaui ukuran daya saing global. Melalui gerakan yang masif dilakukan kementerian dan lembaga didukung stakeholder dan akses pembiayaan untuk pelaku usaha dalam bentuk crowdfunding atau fintech, optimis pada 2019 rasio tersebut mengalami peningkatan.

Belajar dari Krisis
Ekonomi AS tetap kuat sementara perkembangan ekonomi negara-negara berkembang dan Eropa lebih rendah dari perkiraan awal. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Ekonomi dunia yang sedikit melemah berdampak ke korporasi.

Supply chain kelas menengah termasuk UMKM juga berpotensi terdampak. Berbeda dengan tahun 1998 ketika UMKM relatif tidak tersentuh dengan nilai tukar. Mereka tidak memiliki pinjaman dalam bentuk valuta asing sehingga terisolasi dari gejolak nilai tukar.

Indonesia dengan berbagai pelaku usahanya telah banyak belajar dari berbagai krisis yang menyebabkan siklus bisnis melemah, yakni krisis 1998, 2003, 2005, dan 2008. Krisis tersebut menyebabkan pelaku usaha relatif responsif dalam situasi krisis apapun. Mengacu pada kondisi tersebut, banyak pihak meyakini tahun ini Indonesia bisa tumbuh 5,3%. Ketika ekonomi suatu negara itu baik biasanya diikuti inflasi.

Terkait kebijakan ekonomi, segmen pengusaha besar, pengusaha menengah maupun pengusaha kecil memiliki daya tahan yang baik terhadap perubahan. Perubahan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi memberikan dampak kepada emerging market melalui jalur finansial dan capital market. Di negara manapun upaya menjinakkan inflasi dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga. Ketika terjadi kenaikan suku bunga, masyarakat cenderung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk investment. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline