SIDOARJO – Ikan bandeng adalah ikon tak terpisahkan dari Sidoarjo, namun potensinya seringkali belum termanfaatkan secara maksimal. Menjawab tantangan tersebut, tim dosen dan mahasiswa dari Politeknik Negeri Jember (Polije) PSDKU Sidoarjo menggagas sebuah program pengabdian masyarakat inovatif yang berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK di RT 22 RW V Kapasan, Sidoarjo.
Melalui program bertajuk "Peningkatan Keterampilan Ibu-Ibu PKK Melalui Pelatihan Diversifikasi Dan Pemasaran Digital Produk Olahan Bandeng Untuk Mendukung Inovasi TEFA Agribisnis PSDKU Sidoarjo" , Polije Sidoarjo tidak hanya melatih cara mengolah bandeng, tetapi juga memperkenalkan inovasi unik: Abon Bandeng dengan campuran Bonggol Pisang. Program yang didanai dari sumber PNBP ini bertujuan untuk memberdayakan ekonomi keluarga sekaligus mendukung pengembangan Teaching Factory (TEFA) Agribisnis di kampus.
Solusi Cerdas Atasi Harga Bahan Baku dan Limbah
Inovasi penambahan bonggol pisang lahir dari identifikasi dua masalah utama: tingginya harga bahan baku ikan bandeng yang bisa mencapai Rp35.000-Rp45.000 per kg dan melimpahnya limbah bonggol pisang di Sidoarjo yang belum termanfaatkan.
"Bonggol pisang memiliki tekstur berserat yang mirip daging dan kaya akan serat pangan. Dengan menambahkannya ke dalam abon, kita bisa menekan biaya produksi hingga 20-25% tanpa mengurangi nilai gizi secara signifikan," jelas Sekar Ayu Wulandari, S.TP., M.M., selaku Ketua Pelaksana program. Inovasi ini sejalan dengan konsep zero waste, mengubah limbah menjadi produk bernilai ekonomi.
Sesi uji rasa produk abon bandeng bonggol pisang oleh para peserta PKK. (Dok. Pribadi)
Kegiatan yang dilaksanakan selama delapan bulan (Mei-Desember 2025) ini dirancang secara komprehensif di Laboratorium Kewirausahaan MID PSDKU Sidoarjo.
1. Sesi Produksi Inovatif: Pelatihan inti berfokus pada praktik langsung pembuatan abon bandeng bonggol pisang dengan komposisi 50:50 antara bandeng dan bonggol pisang, yang dihadiri oleh ibu-ibu PKK Kapasan pada 12 September 2025. Inovasi ini disambut antusias oleh para peserta. Salah satu ibu PKK mengungkapkan bahwa di lingkungan rumahnya banyak terdapat bonggol pisang yang selama ini hanya dibuang karena dianggap limbah pertanian yang tidak termanfaatkan.
2. Sesi Pemasaran Digital: Setelah produk jadi, tantangan berikutnya adalah pemasaran. Sesi ini dipandu oleh Taufiq Rahman Humaidi, S.TP., M.M., dan dilaksanakan pada 19 September 2025. Pelatihan mencakup pemanfaatan smartphone untuk mengambil foto produk yang menarik, membuat caption promosi, hingga menggunakan platform seperti WhatsApp Business, Instagram, Facebook, TikTok, Shopee, dan Tokopedia.
"Ternyata HP di genggaman kita bisa menjadi 'toko' yang buka 24 jam," ujar Taufiq Rahman Humaidi, menekankan potensi besar dari pemasaran online.
Sinergi Akademisi, Mahasiswa, dan Masyarakat