Lihat ke Halaman Asli

Chaerul Sabara

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Ingin Harmonis Hidup Bertetangga, Jangan Lupa Silahturahmi

Diperbarui: 3 November 2022   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hidup bertetangga | Sumber dari Kompas.com

Perihal kehidupan bertetangga dalam hubungan sosial kemasyarakatan sangatlah kompleks. Selain orang-orangnya memiliki beragam karakter, pembawaan serta orangnya juga bermacam-macam. Jadi, bukan merupakan suatu hal yang mustahil jika antar tetangga bisa timbul konflik dan perselisihan antara satu dengan yang lainnya.

Sebagai mahluk sosial, kita tentu tak bisa lari dari yang namanya kehidupan bertetangga, mau tidak mau dalam hidup kita pasti akan hidup bersama orang lain sebagai tetangga, dan mau tidak mau pula kita pasti akan berinteraksi dengan tetangga. 

Harapan kita semua, tentunya interaksi dengan tetangga itu adalah interaksi yang positif. Saling menghargai, tenggang rasa, peduli dan tolong menolong, dan tentu saja bukan hal yang sebaliknya.

Kehidupan harmonis antar tetangga itu tentunya bukan antara kita dan tetangga kita saja, tetapi tentu antara setiap tetangga dengan tetangga yang lainnya. Sebab, jika saja dalam lingkungan bertetangga ada tetangga yang saling berselisih meskipun bukan kita, maka keharmonisan itu tentu akan terganggu, akan ada ganjalan nyata dalam interaksi sosial utamanya jika berhubungan dengan pihak-pihak yang saling bertikai.

Hubungan harmonis dalam interaksi antar tetangga, tentu tak bisa diharapkan lahir secara ujug-ujug, tetapi semuanya harus diupayakan, dibina dan dikembangkan menjadi sebuah hubungan yang bukan saja karena saling bertetangga atau saling kenal saja tetapi adalah sebuah hubungan yang saling membutuhkan sebagai saudara terdekat.

Yah, tetangga itu sesungguhnya adalah saudara terdekat kita. Betapa indahnya, jika semisalnya antar tetangga saling tolong-menolong saat ada yang membutuhkan bantuan atau pertolongan. Dan bisa dibayangkan betapa tidak lucunya, jika kita membutuhkan pertolongan tetapi harus menghubungi dulu saudara yang jauh, kemudian menunggu pertolongan datang sementara ada banyak tetangga yang berada di sekeliling kita.

Menyadari betapa pentingnya arti dan peran tetangga dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan permukiman kita, maka hampir dipastikan di setiap lingkungan itu punya Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).

Paguyuban sosial warga tingkat RT dan RW ini tentu bertujuan bagaimana memaksimalkan potensi kebersamaan warga menjadi sebuah kekuatan sosial dasar untuk menciptakan kehidupan sosial yang harmonis, damai dan tenteram.

Namun, kenyataannya semua itu tidak mudah. Karakteristik warga yang berbeda-beda, perilaku dan kebiasaan yang berbeda, sifat dan pola pikir, tingkat sosial ekonomi, dan banyak lagi hal yang mungkin berbeda, yang bisa menimbulkan kendala atau hambatan dalam hubungan bertetangga sebagaimana yang diharapkan.

Kebetulan di kompleks tempat tinggal saya, saya dipercaya sebagai ketua RT. Dan sepanjang pengalaman panjang saya sebagai ketua RT (20 tahun lebih), persoalan antara tetangga itu tidak pernah sepi, atau dengan kata lain selalu saja ada, mulai dari hal yang sepele hingga yang lumayan berat. Dan sesepele apapun permasalahannya kalau tidak diselesaikan dengan baik dan cepat, pasti akan berkembang menjadi lebih tajam dan rumit.

Mulai dari persoalan suara musik atau nyanyian dari tetangga sebelah yang membuat bising dan ribut, persoalan pelimbahan air hujan dan juga selokan mampet, persoalan bisik-bisik tetangga, persoalan anak-anak yang saling ribut, hingga persoalan anak tetangga yang saling jatuh cinta tapi tidak direstui, dan macam-macam lagi persoalan antar tetangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline