Lihat ke Halaman Asli

Coretan Dewi Murni

Dakwah bil hikmah

Bullying Ngetren, Salah Apa Pendidikan Indonesia?

Diperbarui: 18 Februari 2020   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tirto.id

Bullying hingga hari ini masih menjadi momok yang sangat menghawatirkan khususnya di dunia pendidikan. Pasalnya, perilaku buruk yang tak kunjung terobati tersebut tidak hanya sekedar menghina, merendahkan, ataupun mengejek. Para pelaku sudah tidak segan lagi melakukan hal yang lebih dari itu, kekerasan fisik misalnya.

Kamis 13 Februari 2020, Komisi X DPR menyayangkan aksi bullying yang menimpa seorang siswi di sekolah swasta daerah Purworejo, Jawa Tengah. Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengharapkan ke depannya aksi bullying hingga kekerasan tidak terjadi lagi di dunia pendidikan khususnya di sekolahan.

"Kita minta betul kekerasan di sekolah ini berhenti setop. Jadi ini enggak hanya bullying, tapi sudah kekerasan ya yang terjadi di sekolah. Ini harus setop," kata Syaiful kepada wartawan di Jakarta, Kamis (13/2/2020).

Masih di bulan Februari, seorang siswa sebuah SMPN di Kota Malang, MS (13), terpaksa menjalani operasi amputasi jari tengah tangan kanan setelah diduga menjadi korban bully 7 teman sekolahnya (14/02/2020).

Penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian (bahasa Inggris: bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik (Wikipedia). Banyak faktor yang menjadi sebab, diantaranya adalah peran orang tua yang minim, tayangan berisi kekerasan, efek negatif gadget hingga masyarakat yang abai.

Dampak yang dihasilkan bermacam-macam. Mulai rasa takut, trauma, kecemasan, depresi berat hingga berujung pada bunuh diri. Si korban juga berpotensi melakukan aksi balas dendam kepada orang lain yang dianggap lemah. Bila masalah ini tidak mendapat perhatian serius hingga tuntas, pada akhirnya kita akan kehilangan para calon pemimpin masa depan yang berahlak mulia.

Jauh-jauh hari sebelum ada istilah bullying, islam telah mengajarkan untuk saling menyayangi sesama manusia, apalagi saudara seiman. Bahkan menjadikan definisi muslim dengan kata selamat. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam,"Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah."(HR. Bukhari no. 10).

Selain itu, islampun melarang sikap mengejek, menghina dan merendahkan. Bisa jadi justru yang mengejek lebih buruk dan hina.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Hujurat: 11).

Sungguh luar biasa islam mengatur manusia dalam bersosial sedemikian rupa. Namun, mengapa aturan tersebut tidak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari khususnya di dunia pendidikan, apalagi mengingat Indonesia sebagai mayoritas muslim. Tidak adakah pelajaran agama disekolah-sekolah, ataukah memang selama ini tidak pernah diajarkan kepada generasi?

Fakta berbicara pelajaran agama (baca: islam) tersedia di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta. Sayangnya lebih cenderung sekedar teori semata dan mencari nilai. Mirisnya pemahaman islam hanya dibahas saat pelajaran agama saja, itupun dengan porsi yang sedikit, bahkan seminggu sekali. Padahal islam adalah pandangan hidup yang memiliki aturan paripurna diseluruh aspek kehidupan. Mulai ilmu pengetahuan alam, sosial budaya, matematika, bahasa, seni hingga pendidikan bernegara. Islam membahas semua itu dengan landasan akidah islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline