Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Soledad

Diperbarui: 1 April 2018   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sadpoetry.org

Nyaris tanpa suara, saat tante Celine membuka jatidirinya.

"Aku papimu..."katanya setelah beberapa kali kami bertemu.

Saat itu usiaku baru 9 tahun. Usia yang belum bisa dianggap remaja apalagi dewasa. Aku sempat terkejut mendengar pengakuannya. Pikiran kanak-kanakku mencoba mengerti apa yang terjadi sesungguhnya. Mungkin bukan menerima kenyataan seperti yang ada di pikiran orang dewasa tetapi lebih dari sekedar menerima bahwa aku memiliki seorang mami yang mengasuhku sejak bayi. Dan kini, aku juga harus menerima kehadiran seorang papi yang seharusnya berbadan tegap  tapi kenyataannya tidak demikian. Papi yang selama ini bekerja di luar negri seperti yang selalu mami ceritakan ternyata seorang perempuan cantik.

"Kamu mau panggil papi dengan sebutan apa?"tanyanya setelah pengakuannya tadi.

"Tante Celine...tetap tante Celine..."gumamku dengan pikiran dan perasaan yang campur aduk.

****

Papi seorang transgender. Awalnya aku tak pernah tahu cerita yang sesungguhnya. Mami sempat menutupi kenyataan yang sebenarnya. Mungkin bukan karena malu tapi lebih karena hatinya sempat tercabik-cabik dengan garis nasib yang harus diterimanya. Mami mencintai papi dengan tulus, menerima kekurangannya sekalipun papi memang terlihat lebih feminin dari laki-laki kebanyakan.

"Papi kerja di New York."jawab mami saat aku menanyakan mengapa papi tidak tinggal bersama kami.

"Mengapa papi tidak mengajak kita tinggal di New York?"tanyaku lagi.

"Mami kan kerja di Jakarta."

"Tapi mami kan bisa cari kerja di New York?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline