Lihat ke Halaman Asli

Carbon Capture and Storage, menanam kembali karbon dioksida dalam tanah

Diperbarui: 31 Agustus 2017   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kita sudah membahas tentang masa depan energi dimana diperlukan pengembangan energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan agar tidak mengganggu kelayakan hidup dan menghindari dampak perubahan iklim yang lebih buruk lagi. Namun, pada kenyataannya kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa pada hari ini sumber energi utama kita adalah energi fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pasti diperlukan masa transisi dari sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan – namun perlu dipikirkan suatu cara untuk menanggulangi emisi tersebut agar tidak menimbulkan dampak lebih lanjut perubahan iklim.

Lalu, apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi emisi tersebut?

Salah satu teknologi yang sedang marak dikembangkan akhir-akhir ini adalah carbon capture and storage (CCS) – teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida secara jangka panjang di suatu tempat penyimpanan dimana karbon dioksida tersebut tidak akan keluar ke atmosfir. Tempat penyimpanan tersebut misalnya formasi geologi dalam tanah. Setelah disimpan di dalam tanah, karbon dioksida tersebut tetap dimonitor baik kondisi bawah tanah atau subsurface-nya, kondisi permukaan tanahnya, serta udara sekitar fasilitas CCS agar memastikan keandalan proses tersebut.

Simak video dibawah ini untuk lebih memahami proses jalannya CCS!

Sebenarnya, konsep menginjeksi karbon dioksida kembali kedalam tanah bukanlah suatu hal baru. Konsep ini sudah dipakai dalam proses enhanced oil recovery, suatu proses untuk meningkatkan produksi minyak dalam operasi migas terutama di sumur-sumur tua. Namun yang berbeda dari proyek CCS ini adalah struktur penyimpanan geologis ini memang ditujukan untuk menyimpan karbon dioksida secara jangka panjang.

Proyek CCS pertama ialah penyimpanan karbon dioksida Sleipner di Norwegia yang mulai beroperasi di 1996. Selama sebelas tahun beroperasi, fasilitas yang terletak lepas pantai Norwegia ini sudah menyimpan 16,5 juta ton karbon dioksida! Fasilitas ini sebenarnya dibuat dalam rangka pengembangan proyek gas bumi, dimana dibutuhkan pengurangan kadar karbon dioksida dalam gas yang dijual untuk memenuhi spesifikasi gas yang dibutuhkan oleh konsumen. Sedangkan pada saat itu, Norwegia sudah meregulasi pajak untuk karbon yang dilepaskan ke atmosfir, sehingga jika karbon dioksida tersebut tidak diinjeksikan kembali ke dalam tanah, Statoil, perusahaan yang mengembangkan proyek migas tersebut, harus membayar pajak yang besar 1 juta krona per hari.

Hari ini, banyak proyek CCS yang sedang dalam tahap konstruksi. Salah satu proyek CCS yang paling besar ialah proyek CCS Petra Nova yang memiliki kapasitas injeksi karbon dioksida sebesar 1,4 juta ton per tahun.

Kebijakan CCS di dunia

Mari kita lihat beberapa contoh kebijakan tentang CCS yang ada di dunia.

Di Inggris Raya, terdapat kebijakan dimana pembangkit listrik tenaga uap (batubara) baru harus memasang modul CCS sebesar kapasitas pembangkit tersebut. Selain itu, pembangkit yang menghasilkan thermal yaitu pembangkit yang bersumber minyak, gas, biomassa, dan batubara, harus dirancang dengan kesiapan CCS atau CCS ready jika di masa depan diwajibkan pemasangan CCS.

Di Republik Rakyat Tiongkok, pemerintah RRT sudah mengidentifikasi CCS sebagai salah satu strategi utama untuk mencapai target lingkungan sejak tahun 2006. Sebagai langkah lanjutan, pemerintah sudah melakukan studi-studi kelayakan serta melakukan pilot project di beberapa daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline