Mohon tunggu...
Cahyawardhani
Cahyawardhani Mohon Tunggu... Analyst di Sektor Energi -

a wanderer. Disclaimer: views expressed in this platform are of my own, and do not necessarily reflect the views of my employer, Shell, or any organization that I am affiliated with. I do not speak on behalf of my employer or any other organization.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Carbon Capture and Storage, menanam kembali karbon dioksida dalam tanah

27 Agustus 2017   22:54 Diperbarui: 31 Agustus 2017   16:27 2751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kita sudah membahas tentang masa depan energi dimana diperlukan pengembangan energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan agar tidak mengganggu kelayakan hidup dan menghindari dampak perubahan iklim yang lebih buruk lagi. Namun, pada kenyataannya kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa pada hari ini sumber energi utama kita adalah energi fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pasti diperlukan masa transisi dari sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan – namun perlu dipikirkan suatu cara untuk menanggulangi emisi tersebut agar tidak menimbulkan dampak lebih lanjut perubahan iklim.

Lalu, apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi emisi tersebut?

Salah satu teknologi yang sedang marak dikembangkan akhir-akhir ini adalah carbon capture and storage (CCS) – teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida secara jangka panjang di suatu tempat penyimpanan dimana karbon dioksida tersebut tidak akan keluar ke atmosfir. Tempat penyimpanan tersebut misalnya formasi geologi dalam tanah. Setelah disimpan di dalam tanah, karbon dioksida tersebut tetap dimonitor baik kondisi bawah tanah atau subsurface-nya, kondisi permukaan tanahnya, serta udara sekitar fasilitas CCS agar memastikan keandalan proses tersebut.

Simak video dibawah ini untuk lebih memahami proses jalannya CCS!

Sebenarnya, konsep menginjeksi karbon dioksida kembali kedalam tanah bukanlah suatu hal baru. Konsep ini sudah dipakai dalam proses enhanced oil recovery, suatu proses untuk meningkatkan produksi minyak dalam operasi migas terutama di sumur-sumur tua. Namun yang berbeda dari proyek CCS ini adalah struktur penyimpanan geologis ini memang ditujukan untuk menyimpan karbon dioksida secara jangka panjang.

Proyek CCS pertama ialah penyimpanan karbon dioksida Sleipner di Norwegia yang mulai beroperasi di 1996. Selama sebelas tahun beroperasi, fasilitas yang terletak lepas pantai Norwegia ini sudah menyimpan 16,5 juta ton karbon dioksida! Fasilitas ini sebenarnya dibuat dalam rangka pengembangan proyek gas bumi, dimana dibutuhkan pengurangan kadar karbon dioksida dalam gas yang dijual untuk memenuhi spesifikasi gas yang dibutuhkan oleh konsumen. Sedangkan pada saat itu, Norwegia sudah meregulasi pajak untuk karbon yang dilepaskan ke atmosfir, sehingga jika karbon dioksida tersebut tidak diinjeksikan kembali ke dalam tanah, Statoil, perusahaan yang mengembangkan proyek migas tersebut, harus membayar pajak yang besar 1 juta krona per hari.

Hari ini, banyak proyek CCS yang sedang dalam tahap konstruksi. Salah satu proyek CCS yang paling besar ialah proyek CCS Petra Nova yang memiliki kapasitas injeksi karbon dioksida sebesar 1,4 juta ton per tahun.

Kebijakan CCS di dunia

Mari kita lihat beberapa contoh kebijakan tentang CCS yang ada di dunia.

Di Inggris Raya, terdapat kebijakan dimana pembangkit listrik tenaga uap (batubara) baru harus memasang modul CCS sebesar kapasitas pembangkit tersebut. Selain itu, pembangkit yang menghasilkan thermal yaitu pembangkit yang bersumber minyak, gas, biomassa, dan batubara, harus dirancang dengan kesiapan CCS atau CCS ready jika di masa depan diwajibkan pemasangan CCS.

Di Republik Rakyat Tiongkok, pemerintah RRT sudah mengidentifikasi CCS sebagai salah satu strategi utama untuk mencapai target lingkungan sejak tahun 2006. Sebagai langkah lanjutan, pemerintah sudah melakukan studi-studi kelayakan serta melakukan pilot project di beberapa daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun