Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Kolektor

Blok Historis dan Geng Politik

Diperbarui: 20 Maret 2021   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antonio Gramsci dan Abid Takamingan (Dokpri)

MENGENANG pemikiran Antonio Gramsci, dalam bukunya gagasan-gagasan politik. Gramsci yang adalah pemikir Itali, menyebut blok historis 'rintangan sejarah'. Menurutnya ada hubungan antara partai revolusioner dan rakyat, serta bahaya birokrasi membawa pada persoalan tentang watak dan peran partai revolusioner.

Pada kesempatan terpisah, di Kota Manado, Aba Abid Takalamingan politisi senior yang juga Ketua BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara, saat berdiskusi sambil ngopi dengan sejumlah Aktivis Muslim Sulut melontarkan istilah geng politik. Sekira tahun 2020, gagasan Aba Abid membuat nalar intelektualku kembali aktif. 

Bagiku sosok Gramsci dan Aba Abid meski terpaut jauh usianya. Tapi gagasan bermutu mereka berdua begitu menggoda kaum intelektual. Mereka menyodorkan pilihan kata yang radikal maknanya. Blok historis dan geng politik. Melalui tulisan ini, aku mencoba memotretnya. Tentu disadari tidak sekomprehensif yang mereka ketahui. Ini sekedar upaya merevitalisasi pikiran tercerahkan.

Paling tidak, Aba AT begitu beliau akrab disapa memberikan uraian tentang bagaimana membangun harmonisasi dan kekuatan politik. Aba AT menelisik pentingnya relasi 'perkawanan' dibangun dalam ranah politik. Politisi harus mapan, baik relasi, ekonomi, kecerdasan, kedewasaan dan juga pengalaman. 

Sembari politisi juga harus keluar dari sekat-sekat kepentingan politik. Sekilas dari penjelasan Aba AT, putra Sulawesi Utara itu membangun analogi dan skema politik yang visioner. Beliau berikhtiar untuk mengangkat kepermukaan pentingnya politik nilai. Bahwa gerakan terorganisir (kolektif) penting digagas.

Melalui diskursus gerakan sosial 'social movement', diksi geng politik yang diusung Aba AT menjadi kekuatan perekat 'cohesive force'. Artinya, semua politisi, pekerja sosial, semua manusia bisa mengambil perannya masing-masing.

Tapi ada semacam 'konsensus moral' yang perlu dijaga. Gambarannya bisa seperti 'konsorsium' yang dibangun atas kesadaran bersama. Kesadaran yang betul-betul kesadaran untuk membangun peradaban kemanusiaan.

Dengan begitu, benturan kepentingan dan perang-perang sentimen politik tak akan mempan menghantam geng politik ini. Para praktisi politik tidak harus dan wajib berada dalam partai politik tertentu. Semua bisa menyebar, terdistribusi secara merata.

Untuk kepentingan universal, mereka terikat. Terpanggil bersama, saling menunjang dan tidak saling mereduksi kemampuan masing-masing pihak. Kebebasan untuk memilih dimana tempat memulai berjuang diberikan seluasnya.

Berbeda di partai politik misalnya, bukan berarti membuat politisi bermusuhan. Namun bisa menguji kemampuan jangkauan dan ekspansi gerakannya bekerja untuk orang banyak, lalu istiqomah. Peta jalan ini begitu penting dibangun.

Inilah gagasan besar yang perlu mendapat sentuhan. Tidak perlu bertindak global. Bertindak domestik saja, dengan dasar pemikiran yang global. Semua grand narasi itu dapat dijawab. Jika dimulainya visi humanis tersebut, kita Insya Allah tidak akan lagi melihat orang-orang yang alergi dengan perbedaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline