Lihat ke Halaman Asli

Kesejatian Rizki, Manusia Berdaya dan Bekerja dengan Cinta

Diperbarui: 21 September 2017   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: aha-now.com

Rizki dari Sang Pencipta biasanya akan mengalir kepada kita, dari arah yang tak terduga, melalui tangan2 penuh kasih semesta dengan keberkahan yang nyata, bagi siapa saja yang mampu menghargai segala nikmat yang dia peroleh di kehidupan...

Pekerjaan dan gaji tetap memang sumber Rizki yang paling nyata, meski sering didapatkan manusia dengan menggadaikan bakat minat dan mimpinya. Beruntunglah mereka yang mampu bekerja dengan bahagia, sesuai potensinya...

Konon perniagaan adalah sumber Rizki dengan debit yang lebih Terasa Nyata ketika dijalankan dengan bahagia dan sungguh2, sesuai dengan niat dan kapasitas mereka yang menjalankannya...

Begitupun mereka yang memperoleh keberkahan Rizki sebagai efek samping kegiatannya, berupaya menjadikan Bumi tempat yang lebih baik bagi generasi berikut. Melalui berbagai jalan yang ditempuh para Newager dewasa ini, seperti edukasi, kesehatan, UKM, pemberdayaan perempuan, keluarga sejahtera, perlindungan anak, penyelamatan lingkungan, ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim, penanganan pengungsi, dan seabreg solusi yang bisa digulirkan, untuk mewujudkan mimpi mereka menjadikan dunia tempat terbaik untuk habitat tumbuh kembang anak cucunya...

Lalu mengapa masih saja ada mereka yang masih hidup dalam kekurangan, atau mereka yang merasa harus menadahkan tangan kepada manusia lain, demi mengharapkan belas kasih para dermawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya...???

Well... Dunia memang penuh kisah tak sempurna, masih banyak manusia harus hidup dibawah garis kemiskinan, tanpa tau cara mengangkat kualitas dirinya, demi penghidupan yang lebih baik. Pun masih begitu banyak manusia yang miskin hatinya, hingga apapun yang mereka miliki tak pernah cukup untuk membuat mereka merasa mampu berbagi dengan semesta mungil tempatnya hidup. Begitu juga mereka yang masih merasa begitu yakin dengan kemalangannya, hingga siapapun selalu dinilai hidup lebih layak darinya...

Mungkin gelisahku hari ini adalah caraNya menegur diri, agar mau sadar bahwa memberdayakan Nusantara tidak bisa lagi dikerjakan hanya lewat berbagi wacana, sedang kemiskinan nalar dan hati meraja di mana2, menguasai harkat kemanusiaan Anak Negeri...

Sementara sebagai ibu dengan 4 anak, kami masih sangat bergantung aliran Rizki dari suami, yang kini sudah resmi berhenti jadi karyawan berpenghasilan tetap. Terkadang kamipun jeri menatap jalan terjal berliku yang harus ditempuh, demi memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putri kami, agar mereka kelak menjadi insan yang berguna dan mampu berperan aktif dalam memperbaiki Bangsa dan Tanah Airnya...

Entah sudah berapa kali kujawab gelisah hati anak2ku yang ragu akan kemampuan kami mengakomodasi kebutuhan pendidikan mereka, dengan satu jawaban pasti...

"Nyuwunlah pada Gusti Allah, Nak... Agar Dia menunjukanmu jalan dan meminjamimu kekuatan untuk jadi berDaya... Kalau kau hanya menggantungkan hidupmu pada kami, maka sesungguhnya orang tuamu bisa mati kapan saja..."

Masih terngiang pesan almarhumah Mama, sebangun beliau dari komanya, beberapa bulan sebelum akhirnya beliau berpulang...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline