Lihat ke Halaman Asli

Keadilan dan Ketaatan: Dua Kunci yang Hilang dari Kepemimpinan Kita?

Diperbarui: 10 Oktober 2025   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adil & Taat: Kunci Keberhasilan Berbangsa dan Beragama

Dalam kehidupan beragama dan berbangsa, kepemimpinan bukan sekadar soal siapa yang memegang kekuasaan, tetapi tentang bagaimana nilai-nilai dijalankan. Pemimpin sejatinya adalah amanah — bukan kehormatan yang harus dibanggakan, melainkan tanggung jawab yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Karena itu, kualitas kepemimpinan sangat ditentukan oleh dua kunci utama: keadilan dan ketaatan.

Keadilan dan ketaatan adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama. Keduanya saling melengkapi dan saling meneguhkan. Namun, di zaman ini, keduanya sering kali terpisah. Kita hidup di masa di mana pemimpin menuntut ketaatan tanpa memperlihatkan keadilan, dan rakyat menuntut keadilan tanpa bersedia menaati aturan. Padahal dalam pandangan Islam, kedua hal ini tidak bisa dipisahkan. Keadilan tanpa ketaatan melahirkan kekacauan, sedangkan ketaatan tanpa keadilan menumbuhkan ketertindasan.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.(QS. An-Nisa: 58)

Ayat ini menegaskan bahwa keadilan adalah fondasi kepemimpinan. Adil bukan berarti sama rata, tetapi menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Adil kepada diri sendiri berarti berani menahan hawa nafsu dan tidak menyalahgunakan jabatan. Adil kepada keluarga berarti tidak memberi perlakuan istimewa hanya karena kedekatan. Adil kepada rakyat berarti memperlakukan semua dengan ukuran kebenaran, bukan kepentingan.

Namun, keadilan tidak akan berarti tanpa ketaatan. Karena dalam Al-Qur’an pula disebutkan:

Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu.(QS. An-Nisa: 59)

Ketaatan di sini bukan ketaatan buta, melainkan ketaatan yang sadar dan terukur. Selama pemimpin tidak memerintahkan kemaksiatan, maka ketaatan kepadanya adalah bentuk penghormatan terhadap tatanan ilahi. Sebab masyarakat yang taat mencerminkan kedewasaan dan kematangan spiritual: mereka patuh bukan karena takut, tetapi karena memahami nilai keteraturan.

Sungguh menarik jika kita renungkan ungkapan, surganya pemimpin bukan terletak pada taatnya rakyat, tetapi pada adilnya ia memimpin. Sedangkan surganya rakyat tidak bergantung pada adilnya pemimpin, tetapi pada ketaatan mereka. Pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawabnya terhadap keadilan, sementara rakyat akan ditanya tentang ketaatannya. Maka, antara pemimpin dan rakyat tidak saling menggantungkan keselamatan, tetapi saling melengkapi dalam tanggung jawab moral di hadapan Allah.

Rasulullah ﷺ juga memberikan panduan yang sangat indah tentang hubungan antara pemimpin dan umatnya. Beliau bersabda:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline